Makna Kewajiban untuk Puasa, Zakat dan Haji

Puasa
Jika kamu berpuasa, maka dengan puasamu niatkanlah untuk menahan nafsu dari syahwat. Sesungguhnya puasa merupakan peleburan kehendak nafsu. Dalam puasa terdapat kejernihan hati, pengurusan tubuh, ingat untuk berbuat baik kepada kaum fakir, berpaling ke hadirat Allah, bersyukur atas keutamaan-keutamaan yang telah diberikan Allah, dan meringankan hisab. Kenikmatan Allah dengan memberimu taufiq sehingga kamu mampu berpuasa adalah lebih agung daripada syukurmu atas kenikmatan itu. Kamu janganlah menuntut ganti atas puasamu.

Zakat
Setiap anggota badan wajib dizakati. Zakatnya hati adalah berfikir, yaitu memikirkan keagungan Allah, hikmah-hikmah-Nya, kekuasaan, hujjah, nikmat, dan rahmatNya. Zakatnya mata adalah digunakan untuk memandang alam dengan mengambil pelajaran darinya dan menjauhkannya dari pandangan bersyahwat. Zakatnya telinga adalah menyimak munajat kepada Allah. Zakatnya lidah adalah membicarakan sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah. Zakatnya tangan adalah menahannya dari berbuat jahat dan mengulurkannya untuk kebaikan. Zakatnya kaki adalah berjalan menuju kebaikan hati dan keselamatan agama.

Haji
Murid jika haji, sebaiknya menetapkan niatnya padarasa takut ditolak, melakukan persiapan seperti persiapan orang bepergian yang tidak akan  kembali; dan menjalin persahatan dengan baik. Ketika Ihrom, ia melepaskan semua atribut dan status keduniaan dari dirinya, menyucikan dirinya dari dosa dan memakai pakaian kebenaran dan kejujuran. Talbiyah yang diucapkan hakikatnya adalah jawaban atas undangan Allah Ihram yang dilakukannya hakikat adalah mengharamkan segala hal yang dapat menjauhkan dirinya dari allah. Ia kemudian thawaf dengan hatinya, memutari "kursi" kemuliaanNya. Dilanjutkan wuquf, yang maknanya adalah menjernihkan zahir dan batinnya Sa'i dengan berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwa esensinya adalah lari dari hawa nafsunya. ia tidak mengangan-ngangankan Allah dengan angan-angan yang tidak patut bagiNya. Lau di Arafah, ia mengakui kesalahan-kesalahannya.

Di Muzdalifah, ia semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sewaktu melempar jumrah, yang dilempar adlaah "batu-batu" syahwat, kemudian menyembelih hewan korban sebagai lambang menyembelih hawa nafsunya, dan diakhiri mencukur bersih dosa-dosanya. Ia berjalan mengunjungi Baitullah untuk mengagungkan Pemiliknya. Ia bersedia mencium batu hitam (hajar aswad) karena pasrah dan ridha pada qadla'Nya. Setelah itu, ia thawaf wada' dengan mengucapkan selamat tinggal kepada apa-apa yang selain Allah.

Category:

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Mendalami. Template by: Petunjuk Onlene