Hukum, Kepemimpinan, Niat dan Dzikir

Hukum

Kata Al Qalb yang bermakna hati ini, huruf akhirnya bisa dibaca empat macam, yaitu di-rafa'. di-fathah, di-kasrah. dan di-sukun. Al Qalb yang di-rafa' mengandung makna dzikir pada Allah, Al Qalb yang di-fathah mengandung makna tidla, Al Qalb yang di-kasrah mengandung makna sibuk pada selain Allah, dan Al Qalb yang di-sukun mengandung makna lupa kepada allah. Alamat rafa' ada tiga: adanya kesesuaian, hilangnya perbedaan, dan langgungnya kerinduan. Alamat fathah juga ada tiga, yaitu: tawakkal, benar, dan yakin. Alam at kasrah ada tiga pula, yaitu: ujub atau bangga diri, riya', dan tamak. Ketiganya merupakan penggabungan sikap yang berorientasi kepada keduniaan. Alamat sukun pun ada tiga yaitu: kehilangan manisnya taat, tidak merasakan pahitnya maksiat. dan penyamaran halal.

Kepemimpinan


Rasulullah saw. Bersabda

"Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim."

Ilmu itu adalah ilmu jiwa. Karena itu, wajib atas setiap murid untuk bersyukur atau udzur. Karena itu pula utamakan ilmu. Jika ditolak, maka berbuat adillah. Taatnya gerakan dengan taufiq, diamnya dengan pemeliharaan, dan demikian itu tidak bisa berjalan lurus kecuali dengan melanggengkan kebutuhan.
Kuncinya adalah mengingat mati. Karena dengan meng­ingatnya, jiwa bisa terbebas dari rasa terpenjara dan selamat dari permusuhan. Tiang penyangganya adalah mengembalikan umur kepada hati yang satu. Demikian itu tidak akan bisa disatukan kecuali dengan berpikir dalam keseluruhan waktu.
Pintu berpikir adalah pengosongan diri. Penyebah pengosong­an adalah zuhud. Tiang zuhud adalah taqwa. Punuk taqwa ada­lah khauf TaIi pengekang khauf adalah yakin. Sistem keyakin­an adalah menyepi dan lapar Kesempurnaan menyepi adalah sungguh-sungguh dan sabar Jalan sungguh-sungguh dan kesa­baran adalah kebenaran, dan bukti kebenaran adalah ilmu.

Niat

Dalam setiap gerak dan diamnya, seorang hamba wajib niat. Rasulullah saw. bersabda:

"Sesungguhnya semua amal [bergantung] pada niat-[nya] dan bagi setiap orang mendapatkan apa yang diniati, dan niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya."
Niat itu berbeda mengikuti perbedaan waktu. Orang yang melakukan sesuatu.dengan niat pasti merasakan kelelahan. Se­dangkan yang tidak berniat, ia merasakan kelonggaran. Me­mang tidak ada yang lebih sulit dari pada menjaga niat.

Dzikir

Jadikanlah hatimu sebagai kiblat lidahmu. Ketika berdzi­kir, hayatilah rasa malu dalam beribadah dan rasa takut kepada Allah. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui rahasia hatimu, me­lihat zahir perbuatanmu, dan mendengar suara lirih ucapanmu. Karena itu, sucikanlah hatimu dengan kesedihan, dan nyalakan ruangan di dalamnya dengan api ketakutan. Jika hijab atau tabir lupa hilang dari hatimu, maka dzikirmu bersamaNya dan dzikirNya untukmu. Allah swt. berfirman [yang artinya]: "Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar.” (QS. Al  'Ankabut: 45). Ia mengingatmu, tetapi tidak butuh kamu, sedangkan engkau mengingatNya dan memang butuh kepada­Nya. Dia berfirmah [yang artinya]: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." (QS. Al Ra'd: 28). Tenang­nya hati dalam dzikir kepada Allah dan ketakutannya juga ber­sama dzikir pada Allah.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. '' (QS. Al Anfal: 2).
Dzikir ada dua. Pertama, dzikir murni atau dzikir ikhlas yang sesuai dengan gerakan hati. Dzikir ini merontokkan seluruh pandangan kepada selain Allah. Kedua, dzikir shafi atau jernih yang dilakukan dengan melenyapkan angan-angan bahwa diri­nya berdzikir. Rasulullah saw. bersabda:

"Saya tidak mampu menghitung puji-pujian untukmu. Eng­kau sebagaimana yang Engkau puji atas diriMu sendiri."

Category:

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Mendalami. Template by: Petunjuk Onlene