Telah diterangkan dalam suatu hadits, apabila Allah SWT, hendak mencabut ruh seorang hambanya, maka datanglah Malaikat Izrail kepada seorang hamba yang mu'min dari bagian mulutnya untuk mencabut ruhnya. Maka keluarlah ucapan dari mulut tersebut: "Wahai Malaikat Izrail, bukan jalanmu untuk mencabut ruh dari jalan ini, karena mulut ini telah lama aku pergunakan untuk mengingat asma-asma Allah SWT". Lalu kembalilah Malaikat Izrail kepada Allah SWT. lalu mengadukan tentang hal teftebut. Kemudian Allah SWT berfirman : "Cabutlah ruhnya dari arah yang lain". Kemudian datanglah Malaikat Izrail dari arah tangannya, lalu keluarlah shadaqah seraya berkata : "Bukan jalanmu, wahai, Malaikat Izrail untuk mencabut dari jalan ini, karena sesungguhnya dia telah sering aku pergunakan untuk bersedekah, mengusap (mengasihi) anak yatim, menulis ilmu-ilmu agama dan untuk memerangi orang-orang kafir. Kemudian datanglah Malaikat Izrail ke bagian kaki dari hamba tersebut, seraya berkatalah kaki tersebut: "Bukan jalanmu, wahai Malaikat Izrail untuk mencabut dari jalan ini, karena sesungguhnya ia aku pergunakan berjalan untuk shalat berjamaah, shalat jum’at, shalat-shalat hari raya dan tempat-tempat pengkajian ilmu". Kemudian datanglah Malaikat ke bagian telinganya, dan berkatalah kedua telinga tersebut: "Tidak ada jalan bagimu dari kedua telingaku ini, karena sesungguhnya dia telah aku pergunakan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur'an, adzan dan dzikir.
Kemudian datanglah Malaikat Izrail ke jalan kedua matanya, seraya berkatalah kedua mata tersebut : "Bukan jalanmu dari arah ini, karena sesungguhnya dia telah aku pergunakan untuk membaca Al-Qur'an, melihat kedua orang tua kami, melihat para ulama' dan untuk melihat orang-orang yang shaleh". Maka kembalilah Malaikat Izrail kepada Allah SWT. seraya berkata: "Wahai Tuhan-Kusesungguhnya hamba-Mu telah berkata demikian . . . dan demikian . . . (dari kejadian-kejadian itu) kemudian Allah SWT berfirman : "Wahai Malaikat Izrail gantungkanlah nama-Ku di atas telapak tanganmu, dan perlihatkanlah nama-Ku itu kepada ruh hamba-Ku, sehingga ruh itu keluar".
Kemudian Malaikat Izrail menulis nama Allah SWT tersebut di atas telapak tangannya, kemudian diperlihatkannya kepada ruh hamba tersebut, maka keluarlah ruh tersebut lantaran melihat nama Allah SWT. Dan hilanglah rasa sakit dan kepedihan sakaratul maut hamba tersebut. Dan tidaklah hilang siksa yang pedih dari seorang hamba apabila tertanam di dada mereka nama Allah SWT?
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat: 22.
"AFAMAN SYARAHALLAAHU SHADRAHUU LIL ISLAAMI FAHUWA 'ALAA NUURIN MIN RABBIHII".
Artinya:
"Maka barangsiapa yang hatinya telah dibukakan untuk menerima agama Allah (Islam), maka ia telah berjalan di atas hidayah dari Allah SWT".
Maka apakah tidak hilang atas mereka, adanya suatu siksa dan perkara yang menyulitkan di hari kiamat.
Dalam suatu hadits telah diterangkan : Sesungguhnya ada lima perkara sebagai racun yang mematikan, dan ada lima perkara yang lain sebagai penawarnya, yaitu:
a. | Dunia adalah sebagai racun yang mematikan, sedangkan zuhud adalah penawarnya |
b. | Harta adalah sebagai racun yang mematikan sedangkan zakat adalah penawarnya |
c. |
Berbicara adalah sebagai racun yang mematikan sedangkan dzikir kepada Allah SWT adalah penawarnya
|
d. |
Umur serta keseluruhannya adalah sebagai racun yang mematikan sedangkan taat kepada Allah SWT adalah penawarnya
|
e. |
Tahun dan keseluruhannya adalah racun yang mematikan, sedangkan bulan Ramadhan adalah sebagai penawarnya.
|
Dan diterangkan dalam suatu hadits yang lain, apabila telah sampai sakaratul maut bagi seorang hamba maka ada pemanggil yang memanggil dari hadapan Allah SWT : "Wahai ruh berhentilah sebentar saja, hingga ia merasakan istirahat, ketika ruh telah sampai di dada, maka Allah SWT berfirman : "Berhentilah sejenak saja, hingga dia merasakan istirahat". Demikian juga apabila ruh tersebut sampai pada kedua lutut, pusar dan sampai pada kerongkongan, maka Allah SWT berfirman: "Berhentilah sejenak saja, hingga memohon diri (pamit) antara anggota badan yang satu dengan anggota badan yang lainnya. Maka memohon diri (pamit) antara mata yang satu dengan yang lainnya, seraya mengucapkan kalimat dalam perpisahan itu :
"ASSALAAMU 'ALAIKUM ELAA YAUMIL QIYAAMA".
Artinya:
"Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu sampai hari kiamat".
Demikian juga kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki dan memohon diri pulalah ruh dengan jasadnya, iman memohon diri dengan lisannya. Oleh sebab itu kita memohon perlindungan kepada Allah SWT agar dihindarkan mohon dirinya ma'rifat dan iman kepada hati.
Maka tinggallah kedua tangan tanpa dapat bergerak, kedua kaki tanpa dapat bergerak, kedua mata tanpa dapat melihat, kedua telinga tanpa dapat mendengar, badan tanpa adanya ruh. Dan andaikan lisan tersebut tidak beriman serta hati tidak ada ma'rifat, lalu bagaimana keadaan hamba tersebut di liang lahat? dia tidak dapat melihat seorangpun, tidak dapat melihat bapaknya, ibunya, anak-anaknya, saudara-saudaranya dan teman-temannya, dan liang lahat juga tidak kasur serta tidak ada pula selembar selimut. Dan kalau ia tidak dapat melihat Tuhan Yang Maha Mulia, maka ia benar-benar dalam kerugian yang besar.
Imam Abu Hanifah berkata: "Kebanyakan runtuhnya iman seseorang hamba adalah waktu sakaratul maut". Mudah-mudahan Allah SWT memelihara kita dan kamu semua dari runtuhnya iman.
Category: Pengetahuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar