Syariat Qur'ban

Dengan bersumber Al-Qur'an Surat ASSHAFIAT :

Dan Ibrahim berkata : "Sesungguhnya aku pergi (ketempat ke mana aku diperintahkan oleh) Tuhanku (untuk dapat menyembah-Nya dan berda'wah), dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku (akan apa yang menjadi kebaikan bagi agamaku), ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang salih (untuk membantuku, berda'wah dan beribadah serta mengawaniku dalam kesepian). Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak (laki-laki, ialah Ismail) yang amat sabar. Maka tatkala anak itu Ibrahim berkata : Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu. Ia menjawab : Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya-Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar (menerima perintah Allah dan qadha-Nya). Tatkala keduanya telah berserah diri (pada perintah Allah) dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia : "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu (mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah SWT. dan wajib dilaksanakannya). Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dikatakan bahwa peristiwa penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim adalah sebagai pelaksanaan nadzar yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim sendiri dengan kata - kata : "Demi Allah kalau aku memperoleh anak laki, akan ku sembelih dan ku jadikan qur'ban untuk Allah". Ia ucapkan nadzar itu ketika ia ber-qur'ban dengan seribu ekor kambing tigaratus ekor kerbau dan seratus unta. Orang-orang dan malaikat-malaikat sangat mengagumi amal qur'ban Nabi Ibrahim itu, tetapi beliau sendiri merasa masih kurang dan ingin mengurbankan anaknya sendiri jika Tuhan menganugerahinya.
Sesudah beberapa waktu berselang, sesuai dengan harapan dan permohonannya, Allah mengaruniainya seorang putra "Ismail". Setelah Ismail mencapai usia tujuh tahun (atau duabelas tahun menurut riwayat lain) Nabi Ibrahim mendengar suara dalam mimpi : "Laksanakan nadzarmu". Menurut riwayat Ibnu Abbas, ia pada mulanya merasa bimbang dan berfikir-fikir apakah perintah itu dari Allah atau dari syaitan. Akan tetapi suara itu berulang didengarnya pada malam kedua dan ketiga, sehingga ia tidak ragu-ragu lagi bahwa perintah itu adalah dari Allah yang menuntut pelaksanaan janji nadzarnya.

Tatkala Nabi Ibrahim hendak membawa puteranya ke tempat penyembelihan, ia berseru kepada istrinya "Hajar" agar memberi pakaian yang terbaik kepada Ismail yang akan di ajaknya ke suatu jamuan, katanya. Lalu pergilah keduanya menuju suatu tempat dekat Mina. Dalam pada itu, Iblis berusaha sekuat tenaganya untuk menggagalkan rencana Nabi Ibrahim dengan mundar-mandir mendatangi Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar seraya berbisik-bisikkan bujukan dan rayuan dan fitnahan di antara ketiga hamba Allah itu, akan tetapi ia gagal dan tidak mencapai maksud jahatnya itu, bahkan ia (iblis) mendapat lemparan batu dari Ismail tepat mengenai mata kirinya, sehingga tercungkil. Pelemparan batu dari Nabi Ismail ini diperingati pada tiap-tiap kali orang melakukan ibadah haji, dan menjadi salah satu daripada manasiknya.

Sesampainya mereka di Mina, terjadilah tanya-jawab antara Ibrahim dan puteranya  Ismail sebagaiman diceritrakan dalam ayat-ayat tercantum di atas.

Syahdan, maka sebelum penyembelihan dilakukan, berkatalah Ismail pada ayahnya : "Hai ayahku ! Ikatlah kedua tanganku agar aku tidak dapat bergerak sehingga mengganggumu, tengkurapkan wajahku di atas tanah agar engkau tidak terharu, sehingga timbul rasa kasih sayangmu kepadaku, jagalah pakaianmu agar tidak terkena cipratan darahku sehingga mengurangi pahalaku dan menyedihkan ibuku jika ia melihatnya, asahlah baik-baik pisaumu agar berlalu licin dan cepat dileherku sehingga meringankan rasa pedihku, bawalah pakaianku kepada ibuku sebagai tanda kenang-kenangan, sampaikanlah salamku kepadanya dan pesanku agar ia sabar menjalankan perintah Allah dan janganlah engkau beritahukan padanya, bagaimana engkau mengikatku serta menyembelihku dan janganlah membiarkan anak-anak remaja mendatangi ibuku agar tidak memperingatkannya kembali kepadaku sehingga menjadikannya ia sedih dan susah".

Diceriterakan bahwa pisau yang diletakkan pada leher Ismail menjadi tumpul tidak dapat berfungsi sehingga Ismail berkata pada ayahnya : "Hai ayahku! Kekuatanmu telah melemah disebabkan cintamu padaku, sehingga engkau tidak berkuasa menyembelihku". Kemudian Ibrahim mencoba pisaunya pada sebuah batu yang ternyata dapat di potongnya menjadi dua, lalu berkata beliau pada pisau yang dipegangnya : "Engkau dapat memotong batu, tetapi tidak dapat memotong daging ?" Dijawab oleh pisaunya dengan kuasa Allah : "Engkau memerintahkan aku memotong, sedang Tuhan Rabbul - alamin melarangku, bagaimana aku dapat mematuhi perintahmu dan melanggar perintah Tuhanku".

Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail as., maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya seekor kambing. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam lanjutan ayat : yang artinya :
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar", ya'ni Idul-Adha.

Diceriterakan bahwa kambing yang dibawah oleh Jibril guna menggantikan Ismail, ialah kambing yang dikorbankan oleh Habil yang masih hidup di syurga hingga saat dikorbankannya mengganti Ismail. Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya Haji.

Adapun takbiran yang dilakukan oleh Ummat Islam di hari-hari raya Haji, maka berasal dari ceritera malaikat Jibril tatkala melihat Nabi Ibrahim menggosokkan pisaunya pada leher puteranya Ismail, ia menggeleng kepalanya berta'jub, heran dan kagum seraya mengucapkan takbir : Allahu Akbar, Allahu Akbar, yang dijawab oleh Nabi Ibrahim dengan : "Lailaha Illallahu Wallahu Akbar" disusul oleh Nabi Ismail dengan kata-kata : Allahu Akbar Walillahihamdu".

Berkata Ibnu Abbas ra. : " Andaikata penyembelihan Ismail jadi dilaksanakan, maka penyembelihan anak sebagai Qur'ban tentu akan menjadi sunnat dan syariat.

Diriwayatkan bahwa Nabi Ismail berkata kepada ayahnya sebagai peristiwa penyembelihan : Hai ayahku! Engkaulah yang murah hati atau aku? "Aku!" jawab ayahnya. "Tidak ayah, tetapi Aku" kata Ismail, karena ayah masih mempunyai putera lain, sedangkan aku hanya mempunyai satu nyawa. Lalu terdengar suara : "Akulah - Allah - yang lebih murah hati dari kamu berdua, karena Aku telah menggantikanmu dengan qurban dan menyelamatkan kamu dari siksa penyembelihan". (Misykatul - Anwar).
Diriwayatkan bahwa Allah SWT. berfirman kepada malaikatnya yang sedang mengagumi kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Ismail, sehingga Allah mengirim kambing dari syurga untuk menggantikannya sebagai qurban : "Demi keagungan dan kebesaran-Ku andaikata semua malaikat memanggul qurban di atas punggungnya, tidaklah akan mengimbangi kata-kata Ismail : "Lakukanlah hai ayahku apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapati aku Insya Allah dari mereka yang sabar".

Diceritakan bahwa sehabis mimpinya yang pertama Nabi Ibrahim menyembelih seratus ekor kambing yang dipilihnya dari kambing-kambing yang tergemuk. Ia mengira dengan demikian ia telah melaksanakan nadzarnya, kemudian sesudah mimpinya yang kedua kali, ia menyembelih seratus ekor unta dari unta-untanya yang gemuk. Akan tetapi sesudah mimpinya yang ke tiga kali, di mana ia seakan-akan mendengar suara berkata " Sesungguhnya Allah memerintahkan engkau menyembelih anakmu Ismail, ia sadar  bahwa nadzarnya itu belum terpenuhi dengan penyembelihan binatang-binatang itu. Pada paginya ia memanggil puteranya Ismail, dirangkulnya sambil menangis dan disampaikannya apa yang ia lihat dalam mimpi, sebagaimana diceriterakan dalam ayat-ayat tersebut di atas. (Majalisul-Abrar).

Diceriterakan bahwa tatkala Allah SWT, menyatakan, bahwa Nabi Ibrahim adalah "Khalil" Nya - sahbat-karibNya - berkatalah para malaikat : "Ya Tuhan! Bagaimana ia dapat menjadi khalil-Mu dengan gangguan dan kesibukan-kesibukannya mengurus hartanya anak dan isterinya?" Allah menjawab dengan firman-Nya : "Janganlah kamu melihat kepada bentuk dan harta hamba-Ku, tetapi lihatlah hati dan amal-amalnya. Dalam kalbu khalil-Ku Ibrahim  tidaklah terdapat tempat cinta selain untuk Aku. Kamu dapat pergi kepadanya untuk mengeceknya". Lalu datanglah Jibril menjelma dalam bentuk manusia ke tempat Nabi Ibrahim, di mana ia sedang memperhatikan peternakannya dari atas sebuah anak bukit. Peternakan Ibrahim dari kambing yang tiada terbilang banyaknya, di jaga dubelas ribu anjing pemburu, tiap anjing memakai sebuah kalung emas.

Berkata Jibril pada Nabi Ibrahim : "Milik siapakah peternakannya ini? " Milik Allah tetapi berada ditanganku sekarang", ujar Ibrahim. "Dermakanlah satu daripadanya !" kata Jibril, "Berdzikirlah kepada Allah dan engkau boleh bawa sepertiganya", kata Ibrahim. Lalu Jibril membaca "Subbuh Quddus Rabbuna Warabbul Malaikati Warruh". Coba ucapkan lagi untuk kedua kalinya dan engkau boleh ambil separoh dari peternakanku", kata Ibrahim. Jibril lalu mengucapkannya untuk kedua kalinya dan setelah tiga kali ia mengucapkan dzikir itu, Ibrahim menyerahkan kepadanya semua peternakannya berikut anjing-anjing dan gembala-gembalanya. Kemudian Allah bertanya kepada Jibril : "Bagaimana engkau mendapatkan Khalil-Ku ?" "Ia sebaik-baiknya khalil Ya Tuhan", ujar Jibril.

Ketika Nabi Ibrahim menyerahkan peternakannya sesuai dengan janjinya, Jibril mengenalkan dirinya - identitasnya dan mengatakan kepada Jabi Ibrahim, bahwa ia tidak membutuhkan itu semua dan bahwa ia datang untuk mencoba dan mengujinya, akan tetapi Ibrahim khalilullah enggan menerimanya kembali dan berkata : "aku tidak akan menerima kembali apa yang telah aku berikan padamua". Lalu Allah mewahyukan agar peternakan itu dijualnya dan dengan hasil penjualan itu, dibelikan ladang dan perseell yang diwakafkan untuk orang-orang fakir dan yang butuh sampai hari Qiamat. (Misykatul-Anwar).

Category:

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Mendalami. Template by: Petunjuk Onlene