Cara Syetan Menggoda dan Menghapus Iman

Cara Syetan Menggoda dan Menghapus Iman

Dalam suatu riwayat hadits telah diterangkan, sesungguhnya telah datanglah syetan la’natullah, kemudian duduk di sisi kepala seorang hamba, seraya berkata kepada hamba itu: "Tinggalkan agama ini (Islam) dan katakan bahwa Tuhan itu ada dua, sehingga kamu selamat dari kepedihan sakaratul maut". Apabila telah terjadi peristiwa demikian, maka itu adalah bahaya yang sangat mengerikan dan ketakutan yang besar, oleh sebab itu tetaplah dirimu agar selalu menangis dan merendahkan diri, serta menghidupkan waktu malam dengan memperbanyak ruku' dan sujud sehingga kamu selamat dari siksanya Allah SWT.

Abu Hanifah pemah ditanya seseorang : "Dosa apakah yang dikhawatirkan dapat menghapus iman seseorang pada waktu sakaratul maut?" Imam Abu Hanifah menjawab: "Meninggalkan syukur atas keimanan, meninggalkan rasa takut apabila mati tidak beriman dan menganiaya sesama makhluk. Maka barangsiapa yang dalam hatinya terdapat tiga perkara tersebut, maka kebanyakan dia itu akan keluar dari dunia ini dalam keadaan kafir, kecuali orang-orang yang mendapat keberuntungan.

Dan dikatakan pula, bahwa siksaan yang amat pedih bagi mayit ketika sakaratul maut yaitu merasakan dahaga dan terbakarnya hati. Pada waktu itulah syetan mendapatkan kesempatan untuk menghapus iman seorang mu'min, karena merasakan kehausan dan kesakitan yang amat parah pada waktu itu. Pada saat itulah kemudian syetan datang di sisi kepala seorang mu'min dengan membawa semangkok air yang kental, kemudian syetan menggerak-gerakkan mangkok tersebut hingga berkatalah seorang mu'min tersebut: "Berikan aku air". Pada saat itulah seorang mu'min tidak mengetahui sesungguhnya yang membawa semangkok air tersebut adalah syetan. Lalu berkatalah syetan itu : "Katakanlah, bahwa dunia ini tidak ada yang menciptakan, sehingga aku memberikan air ini kepadamu". Jika hamba tersebut termasuk golongan orang-orang yang beruntung, maka tidaklah dia menjawabnya. Kemudian syetan datang lagi ke arah kedua kakinya dan menggerak-gerakkan mangkok tersebut kepadanya, maka berkatalah seorang mu’min : "Berikanlah aku air". Lalu syetan itu berkata: "Katakanlah, bahwa Rasulullah SAW itu adalah seorang pendusta, sehingga air ini aku berikan kepadamu'. Barangsiapa yang termasuk golongan orang-orang yang celaka, maka menjawablah dia sebagaimana perkataan syetan tersebut. Karena sesungguhnya orang itu tidak sabar atas kehausan yang sangat, maka dia akan keluar dari dunia ini dalam keadaan kafir. Kita memohon perlindungan kepada Allah SWT. Dan barangsiapa yang termasuk golongan orang-orang yang beruntung, maka dia akan menolak perkataan syetan itu dan berfikir siapakah yang berada di hadapannya itu.

Sebagaimana dalam suatu kisah, Sesungguhnya Abu Zakariah adalah seorang yang zuhud, ketika mendekati ajalnya, datanglah seorang temannya, pada waktu itu Abu Zakariah dalam keadaan sakaratul maut, kemudian temannya mengajarkan kalimat thaiyibah yaitu :

LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADUR RASUULUL-LAAH

"LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADUR RASUULUL-LAAH".

Artinya :

Bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul (utusan Allah)".

Tapi Abu Zakariyah memalingkan wajahnya dari temannya dan ia tidak mengucapkan kalimat itu sedikitpun. Lalu temannya mengulanginya untuk kedua kalinya, tapi Abu Zakariyah tetap memalingkan wajahnya dari temannya. Kemudian temannya mengulanginya untuk ketiga kalinya, maka Abu Zakariyah : "Aku tidak akan mengucapkannya". Karena perkataan Abu Zakariyah itu, temannya menjadi bingung, ketika Abu Zakariyah sudah sembuh setelah satu jam (dalam keadaan sakaratul maut), lalu dia membuka kedua matanya lalu dia berkata kepada teman-temannya : "Apakah kalian tadi mengucapkan sesuatu kepadaku?" Mereka menjawab : "Ya, aku telah ucapkan kalimah syahadat sampai tiga kali kepadamu". Akan tetapi engkau berpaling dua kali, dan untuk yang ketiga kalinya engkau mengatakan aku tidak akan mengucapkan".

Kemudian Abu Zakariyah menceritakan tentang kejadian tersebut : "Telah datang iblis kepadaku dengan membawa semangkok air, lalu ia berdiri di sisi kananku dan menggerak-gerakkan mangkok yang berisi air tersebut seraya berkata kepadaku" : "Tidakkah kamu membutuhkan air?". Maka iblis itu berkata: "Katakanlah bahwa Isa adalah anak Allah, maka aku berpaling darinya. Lalu datang lagi iblis tersebut di sebelah kakiku dengan mengucapkan kepadaku sebagaimana tadi. Lalu yang ketiga kalinya ia berkata: "Katakanlah bahwa Allah itu tidak ada". Maka aku menjawab: "Aku tidak akan mengatakan". Ketika itu jatuhlah mangkok yang dibawah oleh iblis itu dan berlarilah iblis tersebut. Aku menolak pada iblis, bukan pada kamu semua. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan (Rasul Allah).

Dan dalam riwayat yang lain diterangkan pula dari Mansur Ibnu Ammar, beliau berkata: "Apabila telah dekat ajalnya seorang hamba, maka terbagilah keadaan hamba tersebut menjadi lima bagian yaitu : harta untuk ahli warisnya, ruh untuk Malaikat Izrail, dagingnya untuk cacing tanah, tulang belulangnya untuk tanah, kebaikan-kebaikan dunia untuk musuh-musuhnya dan syetan ufttuk menghapus imannya.

Kemudian Mansur Ibnu Ammar berkata lagi : "Apabila ahli waris membawa harta itu adalah sudah menjadi haknya, kalau Malaikat Izrail mencabut ruhnya adalah sudah menjadi haknya, kalau cacing tanah memakan dagingnya adalah sudah menjadi haknya, kalau musuh-musuhnya pergi membawa kebaikannya itu adalah menjadi haknya, tetapi sangatlah disesalkan, apabila syetan itu pergi membawa iman seseorang ketika mati. Karena pisahnya iman adalah merupakan pisahnya seorang hamba dari agama. Padahal pisahnya ruh seorang hamba dari jasadnya bukanlah perpisahan dengan Tuhannya. Dan berpisahnya ruh itu, tak seorangpun yang dapat mengetahui setelah pisahnya itu. Dan sangat merugilah seorang hamba bila berpisah dengan Tuhan (imannya).
Buah Sedekah di Jalan Karena Allah

Buah Sedekah di Jalan Karena Allah

Buah Sedekah di Jalan Karena Allah

Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah.

Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas karuniaNya lagi Maha Mengetahui. 

Ayat ini diturunkan di kala Rasulullah saw. bersiap-siap hendak keluar pergi menuju medan perang "Tabuk" sambil menyerukan kepada sahabatnya agar bersedekah, seruan tersebut disambut baik seketika itu juga oleh Abdurrahman Ibn Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham kepada Rasulullah dan berkata : Ya Rasulullah : Harta milikku hanya delapan ribu dirham, empat ribu aku tahan untuk diriku dan keluarga dan empat ribu ini aku serahkan bagi jalan Allah. Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan, Jawab Rasulullah saw. Kemudian datang sahabat Usman Ibnu Affan dan berkata pada Rasulullah : Ya Rasulullah saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya.

Diriwayatkan oleh Kalbi dan Mugatil, bahwa Sayidina Ali bin Abi Talib memiliki hanya empat dirham tatkala ayat ini turun, maka segera ia menyedekahkan satu dirham di waktu malam, satu dirham di waktu siang, satu dirham secara terang-terangan dan satu dirham secara sembunyi-sembunyi.

Hadis Nabi Tentang Sedekah

Sesungguhnya orang yang terdekat kepadaku di hari qiamat, ialah orang yang terbanyak bersalawat untukku.

Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah bersabda :

Tiada do'a melainkan di antara Allah dan do'a itu terdapat dinding sampai orangnya bersalawat untuk Nabi Muhammad,. Bila ia berbuat demikian tertembuslah dinding itu dan keterimalah do'anya.

Diriwayatkan oleh Anas Ibnu Malik, bahwa Rasulullah bersabda :
Tat kala Tuhan menciptakan bumi diciptakan gunung sebagai pasak sambil heran-heran bertanyalah malaikat : Ya Tuhan ! Apakah ada dari makhlukMu yang lebih keras dari gunung? Ada, Firman Tuhan, ialah besi. Adakah yang lebih keras dari besi ? Api, Jawab Tuhan. Adakah yang lebih keras dari api ? Air, Jawab Tuhan. Adakah yang lebih keras dari air ? Agin, firman Tuhan. Dan adakah yang lebih keras dari angin ? Di jawab Allah, ialah anak Adam yang memberi sedekah dengan tangan kanannya, tidak diketahui oleh tangan kirinya.

Firman Allah :
Bahwasanya lebih baik, lebih utama bagi kamu memberi sedekah secara diam-diam dan diberikannya kepada orang-orang fakir.

Sedekahnya Orang-Orang Dahulu

Orang-orang Islam zaman dahulu (salaf) berusaha menyembunyikan sedekahnya dari mata orang, sehingga di antaranya lebih suka memberikan sedekahnya kepada orang-orang buta agar tidak dikenalnya, dan ada yang mengikatkan sedekahnya pada baju yang di pakai si miskin di kala ia tidur atau ditaruhnya di jalanan yang akan dilalui orang fakir.

Cara utama kedua yang harus diperhatikan oleh pemberi sedekah, ialah Firman Allah swt  yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan (si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Cara ketiga, ialah agar sedekah yang dikeluarkan diambilkan dari harta yang halal, sebagaimana firman Tuhan : 

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.

Bersabda Rasulullah saw. :

Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima melainkan barang yang baik, artinya barang yang halal.

Sebagaimana Sufyan Atstsauri berkata : Barangsiapa menafkahkan harta haram di jalan Allah, ia laksana orang yang menyucikan pakaiannya dengan air kencing, padahal pakaian tidak akan bersih suci kecuali dengan air suci, demikian pula dosa tidak akan menjadi bersih terampuni kecuali dengan barang yang halal.

Cara keempat ialah sedekah itu seyogyanya diberikan dengan wajah yang ramah, gembira, tidak terpaksa, sebagaimana firman Allah SWT. :

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak pula dengan menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.

Sabda Rasulullah saw. :

Satu dirham dari harta halal diberikannya dinafkahkannya dengan wajah ramah dan perasaan gembira lebih afdhol dan lebih berpahala dari seratus ribu dirham yang diberikannya dengan terpaksa dan hati jengkel.

Cara kelima, ialah supaya dipilih tujuan yang tepat atau orang yang patut menerima sedekah, seperti orang alim yang bertaqwa yang akan menggunakan sedekah itu untuk beribadah dan taat kepada Allah dan atau fakir berkekurangan yang soleh, sebagaimana firman Allah swt. : 

Sesungguhnya sedekah itu ialah untuk para fakir dan miskin.

Sabda rasulullah saw. :

Harta atau barang sedekah jika sudah keluar dari tangan pemberinya berkata : saya kecil engkau besarkan, engkau dulu pelindungku dan sekarang aku menjadi pelindungmu, aku dulu musuh dan sekarang engkau menyintaiku, dahulu aku suatu benda yang fana sekarang engkau mengekalkanku, dahulu aku sedikit sekarang engkau melipatgandakan aku.

Firman Allah swt. :

Barangsiapa  berbuat kebajikan (sedekah) akan diberinya pahala sepuluh kalinya.

Bersabda Rasulullah saw.

Tiada seorang muslim memberi makan kepada saudaranya seagama sampai kenyang, memberi minum sampai hilang dahaganya, kecuali dijauhkan oleh Allah dan dipisahkannya dari api neraka dengan tujuh Parit; lebar antara tiap dua Parit sejauh perjalanan limaratus tahun, dan berserulah api neraka : Ya Tuhanku idzinkan aku bersujud tasyakur karena Engkau telah membebaskan salah satu dari ummat Muhammad dari siksaku. Sesungguhnya aku merasa malu dari Muhammad menyiksa salah seorang dari ummatnya yang telah bersedekah. Lalu Allah memerintahkan memasukkan syurga orang yang bersedekah walau dengan sesuap roti atau segenggam kurma.


Menurut cerita sahibulhikayat : Bahwa terjadi pada suatu masa di mana kekeringan paceklik sedang menimpa Bani Israel bertahun-tahun seorang perempuan yang sedang memegang sepotong roti untuk dimakan, tiba-tiba mendengar suara dari luar orang meminta-minta sesuap makan karena lapar, diberikannyalah sepotong roti yang sudah berada di ujung mulutnya itu kepada si miskin tadi. Beberapa hari kemudian pergilah siperempuan bersama anaknya yang masih kecil mencari mengumpulkan kayu disuatu tempat jauh dari rumahnya, tiba-tiba si anak kecil tadi diserang dan dibawa lari oleh seekor serigala, lalu berteriak - teriaklah si ibu minta tolong sambil lari mengejar serigala itu. Dalam keadaan panik demikian berkenanlah Allah mengutus malaikat Jibril menyelamatkan si anak dari mulut serigala dan mengembalikan kepada ibunya sambil berkata : Hai hamba Allah! Terimalah anakmu ini sebagai imbalan dan balasan atas roti yang engkau telah berikan kepada orang sedang lapar.

Bercerita Sitti A'isyah ra. : Bahwa ada seorang perempuan datang menghadap Rasulullah dalam keadaan tangan kanannya lumpuh, berkata ia : Hai Nabi Allah ! Tolonglah do'akan dan mohonkan dari Allah menyembuhkan dan menghidupkan kembali tangan ku ini, maka bertanya Rasulullah : Apakah yang menyebabkan tanganmu lumpuh? Aku melihat dalam mimpi menjawab si perempuan itu seakan-akan hari qiamat, api neraka telah dinyalakan syurga didekatkan dan terlihat olehku ibuku berada di neraka memegang sepotong gajih disalah satu tangannya dan ditangan yang lain sehelai kain untuk melindunginya dari api, kemudian aku bertanya padanya : Kenapa engkau di sini ibu, padahal engkau adalah seorang yang taat pada Tuhan dan diridhoi oleh suamimu? Berkat ibuku : Ialah karena saya seorang bakhil. Dan apakah itu sepotong gajih dan sehelai kain ditanganmu? Tanya kembali aku yang dijawab oleh ibuku dengan mengatakan : Ialah itu kedua barang yang telah aku sedekahkan di dunia dan tdak pernah bersedekah lagi sepanjang umurku. Kemudian aku bertanya di manakah ayahku ? Ayakmu adalah seorang yang murah hati dan ia ditempatkan di tempat orang-orang yang murah hati, jawab ibuku. Lalu aku pergi ke syurga dan melihat ayahku berdiri di tepi suatu kolam membagi - bagi air. Hai ayah! Aku berseru pada ayahku : Ibuku isterimu yang taat pada Tuhannya serta engkau meridhoinya berada di neraka terbakar, sedang engkau di sini membagi - bagi air dari kolamnya Nabi Muhammad, tolonglah beri ia seteguk air dari kolam ini. Hai anakku kata ayahku Allah mengharamkan kolam ini bagi orang-orang yang bakhil dan berdosa lalu tanpa idzinknya aku mengambil segelas dan memberikannya kepada ibuku yang sedang dahaga, seketika itu juga aku mendengar suara berkata : Semoga Allah melumpuhkan tanganmu yang telah memberi minum kepada sibakhil itu dari kolamnya Nabi Muhammad saw. Maka sewaktu aku terjaga dari tidur aku lihat tanganku sudah menjadi kering. Setelah rasulullah mendengar cerita perempuan itu, Kata Siti A'isyah meneruskan ceritanya, diletakkanlah tongkatnya di atas tangan si perempuan dan berdo'a, Ya Tuhanku : Demi kebenaran mimpi yang diceritakan perbaikilah dan sembuhkanlah tangannya. Berkat do'a Rasulullah sembuhlah tangan orang perempuan itu dan kembali sebagaimana biasa.

Bersabda Rasulullah saw. :

Sifat loman murah hati adalah seumpama suatu pohon di syurga cabang-cabangnya tunduk menurun di dunia, barang siapa mengambil satu cabang dari padanya akan dituntunnya ke syurga, dan sifat bakhil adalah serupa pohon di neraka cabang-cabangnya tunduk menurun di dunia barang siapa mengambil satu cabang akan dituntunnya ke neraka. Orang loman - murah hati - dekat kepada Allah dan makhluk, sedang orang bakhil jauh dari Allah dan makhluk. Orang bakhil tidak akan masuk syurga walaupun ia seorang zahid (orang yang menjauhi keduniawian).

Dihikayatkan bahwa seekor burung "elang" datang kepada Nabi Sulaiman Bin Dawud as. mengadukan seorang pria yang mempunyai pohon tempat ia menetaskan telurnya, bahwa ia selalu mengambil anak-anak yang ditetaskan. Maka dipanggilah pemilik pohon itu dan dilarangnya berbuat demikian dan memerintahkan kepada dua syaitan jika melihat pemilik pohon itu berbua lagi, supaya dibawanya dan dibelah badannya menjadi dua bagian, satu dilemparkan di timur dan satu dilemparkannya ke barat. Maka tahun berikutnya lupalah si pemilik pohon akan perintah Nabu sulaiman dan naiklah memanjat pohon mengambil anak - anak burung yang baru ditetaskan. Kembali burung "elang" mengadu kepada Nabi Sulaiman yang kemudian memanggil kedua syaitan yang diperintahkan menjaga pohon menanyakan kepana tidak melakukan apa yang telah diperintahkan. Maka berkata kedua syaitan itu : Hai Khalifatullah ! Tatkala pemilik pohon itu hendak memanjat pohonnya, kami sudah datang untuk mengambilnya akan tetapi ia telah memberi sedekah sepotong roti, yang karenanya ia di lindungi oleh dua malaikat dari langit yang telah melempar kita berdua, satu ke timur dan satu ke barat dan dengan demikian terhindarlah pemilik pohon itu dari rencana kita berkat sedekahnya.

Dihikayatkan bahwa pada suatu musim kering paceklik yang sedang menimpa Bani Israil, terjadilah seorang miskin datang kerumah seorang kaya meminta sedekah sepotong roti, oleh anak perempuan dari si kaya itu diberilah sepotong roti yang masih panas. Si ayah melihat perbuatan putrinya yang lancang itu marah dan sebagai ganjaran atas perbuatan tanpa idzin itu dipotonglah tangan si anak. Syahdan taida beberapa lama setelah kejadian itu matilah si ayah dalam keadaan miskin sesudah habis semua harta miliknya, dan terpaksalah si anak perempuan yang mempunyai paras cantik itu berkeliling dari pintu ke pintu meminta-minta, sampai pada suatu waktu ia mengetok pintu orang kaya yang terpesona oleh parasnya yang cantik dan dikawinkan ia dengan puteranya.

Dalam pesta perkawinan di mana kedua penganten lagi duduk bersama keluarga menghadapi hidangan makan, perhatian si suami (penganten laki) tertarik oleh cara istrinya yang selalu mengambil makanan dengan tangan kirinya. Ditegornya sekali dua agar berlaku sopan mengambil makanan dengan tangan kanannya, tetapi tidak dihiraukan oleh si istri (penganten perempuan). Tiba-tiba terdengarlah suara dari sisi pintu yang berbunyi : Keluarkanlah tangan kananmu hai hambaku! Engkau telah memberi roti untuk aku dan aku berikan tanganmu kembali, maka dikeluarkanlah tangan kanannya dalam keadaan sempurna berkat rahmat Tuhan.

Bersabda Rasulullah saw. :

Barangsia memulikan tamu, ia telah memuliakan aku, dan barang siapa yang memuliakan aku ia telah memuliakan Allah swt. Dan barangsiapa membenci tamu ia telah membenci aku dan barangsiapa membenci aku ia telah membenci Allah.

Bersabda Rasulullah saw. :
Jika seorang tamu memasuki rumah seorang mu'min masuklah bersama dia seribu berkah dan seribu rahmat.

Bersabda Rasulullah saw. :
Tiada seorang didatangi tamu lalu menghormatinya dengan makanan yang ia dapat, melainkan oleh Allah dibukakan pintu syurga baginya. Dan barangsiapa menahan makanan tidak memberikannya kepada orang yang lapar, Allah akan menahan tidak memberikan karunia-Nya kepada orang itu di hari qiamat, serta akan disiksanya di neraka. Dan barangsiapa memberi makan kepada seorang yang lapar, patut ia masuk syurga.

Sabda Nabi saw. :

Amal yang paling afdhol diatas bumi ialah : menuntut ilmu, berjihat dan pencaharian halal. Penuntut ilmu itu adalah kekasih Allah, yang berjihad kesayangan Allah dan pencari rezeki halal mulia di hadapan Allah.

Sabda Rasulullah saw.

Hindarilah kamu api neraka walaupun dengan bersedekah separuh buah kurma.

Sesungguhnya menafkahkan harta benda di jalan Allah ialah dapat mendatangkan pahala yang besar dan menyelamatkan dari segala ketakutan, kesukaran dan bala' di dunia dan akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah saw. :

Sedekah itu dapat menolak tujuh puluh macam bala' dan bencana, yang paling ringan di antaranya ialah penyakit kusta dan sopak.

Demikian urang tentang Sedekah, Manfaat Sedekah, Firman Allah tentang Sedekah, Hadist Rasulullah tentang Sedekah serta kisah-kisah orang yang bersedekah dan orang yang bakhil. Semoga ada manfaatnya.
Pengorbanan Para Sahabat Nabi

Pengorbanan Para Sahabat Nabi

ITSAR DAN KASIH SAYANG SERTA PENGORBANAN SAHABAT RA. KARENA ALLAH

Itsar adalah mendahulukan kepentingan orang lain ketika diri sendiri sangat memerlukan. Pada mulanya, itsar telah menjadi kebiasaan dan adat para sahabat ra.. Namun di kemudian hari, kebiasaan ini menjadi suatu keistimewaan hidup mereka, yang dikenal dengan sebutan Itsar, sehingga, Allah swt. menyatakan kelebihan mereka ini dalam ayat;
"Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan." (Al-Hasyr: 9)

1. Kisah Seorang Sahabat Memadamkan Lampu Semata-mata Untuk Menjamu Tamunya

Seorang sahabat ra. menjumpai Nabi saw. dan mengadukan kelaparan dan penderitaannya kepada beliau saw.. Lalu Nabi saw. menyuruh seseorang untuk bertanya kepada istri-istri beliau, apakah di rumah ada sisa makanan atau tidak. Ternyata, tidak ada. Lalu Nabi saw. bertanya kepada para sahabatnya, "Adakah diantara kalian yang bersedia satu malam ini melayani tamu ini?" Seorang Anshar menyahut, "Ya Rasulullah, saya bersedia menerimanya sebagai tamu saya." Sahabat Anshar itu membawa pulang tamu tadi ke rumahnya, dan berkata kepada istrinya, "Ia adalah tamu Rasulullah saw.. Jangan sampai kita mengecewakannya dan jangan sampai kita menyembunyikan makanan kita." Jawab istrinya, "Demi Allah! Saya tidak menyimpan makanan kecuali sedikit, itupun hanya cukup untuk anak-anak kita." Jawab suaminya, "Hibur dulu anak-anak kita sampai mereka tidur. Jika sudah tidur, hidangkanlah makanan itu untuk tamu kita. Saya akan mengobrol dengannya. Jika kami akan mulai makan, padamkanlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali." Istrinya melaksanakan hal tersebut dengan baik. Malam itu, suami istri, juga anak-anaknya, terpaksa menahan lapar. Dan atas peristiwa ini, Allah swt. berfirman,
"Dan mereka mengutamakan (kaum Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. "(Al Hasyr: 9)
Dan masih banyak lagi kisah para sahabat ra. seperti kisah di atas.

2. Kisah Menjamu Seseorang Berbuka Puasa

Ada seorang sahabat yang senantiasa puasa. Ia sering tidak mempunyai makanan untuk berbuka. Ketika Tsabit Al-Anshari ra. mengetahui keadaan sahabat itu, maka ia berkata kepada istrinya, "Aku akan membawa seorang tamu malam ini, jika kami mulai makan, padamkanlah lampu dan berpura-puralah memperbaikinya. Selama perut tamu kita belum kenyang, kita jangan makan sedikit pun dari makanan itu." Rencana mereka berjalan lancar. Keesokan paginya, ketika Tsabit ra. hadir di majelis Rasulullah saw., beliau saw. bersabda, "Wahai Tsabit! Allah sangat menghargai pelayananmu kepada tamumu tadi malam." (Durrul Mantsur)

3. Kisah Seorang Sahabat Membayar Zakat Unta

Ubay bin Kaab ra. bercerita, "Suatu ketika, Rasulullah saw. menyuruhku untuk mengumpulkan zakat mal. Saya menjumpai seseorang, yang setelah ia jelaskan hartanya, ternyata ia wajib membayar zakat seekor anak unta berusia setahun. Saya pun menagih pembayaran tersebut. Dia berkata, "Apa gunanya seekor anak unta berusia setahun? Ia tidak dapat menyusui atau ditunggangi." Lalu, ia membawa seekor unta betina dewasa, dan berkata, "Ambillah unta ini." Sahut saya, "Saya tidak dapat menerima unta yang melebihi kadarnya. Namun, jika kamu bersikeras ingin memberikannya, kebetulan Nabi saw. akan mengunjungi suatu daerah di dekat sini hari ini. Sampaikanlah tawaranmu ini kepada beliau. Jika beliau tidak keberatan, saya tidak menolaknya. Sebaliknya, jika beliau keberatan, saya pun menolak." Kemudian orang itu membawa unta betinanya kepada Nabi saw. bersama saya. Sesampainya di hadapan Nabi saw., ia berkata, "Ya Rasulullah! Utusanmu telah datang menemuiku untuk memungut zakat dariku. Demi Allah! Sebelumnya aku belum pernah memperoleh kesempatan yang sangat berbahagia ini, yaitu menunaikan zakat kepada Rasulullah ataupun wakilnya. Oleh karena itu, aku telah memberitahukan kepada wakilmu segala apa yang kumiliki. Setelah dihitung olehnya, ia telah memutuskan bahwa aku wajib memberikan seekor anak unta berusia setahun. Ya Rasulullah! Anak unta seumur itu belum dapat mengeluarkan susu atau memikul barang. Aku ingin menggantinya dengan seekor unta betina dewasa, tetapi ia tidak mau menerimanya. Untuk itulah, aku menemui tuan dengan membawa unta betina ini." Nabi saw. bersabda, "Memang benar, hanya itu saja yang wajib kamu keluarkan. Jika kamu sanggup memberi lebih dari kewajibanmu, itu pun akan diterima. Semoga Allah membalas kebaikanmu." Orang itu pun menyerahkan unta betinanya kepada Nabi saw. dan beliau menerimanya serta mendoakan keberkahan untuk orang itu."

Faedah:
Demikianlah contoh sahabat ra. menunaikan zakat harta mereka. Hari ini banyak yang mengaku sebagai pengikut dan pecinta Nabi saw.. Namun, jangankan menambah nilai zakat wajib kita, menunaikannya dengan kadar yang betul pun masih sangat sulit. Sebagian besar orang yang mampu hartanya, tidak memahami hal ini. Sedangkan kalangan menengah, memahami bahwa mereka adalah orang yang beragama. Zakat mereka, hanya ditunaikan untuk sanak saudara serta kaum kerabat saja. Kecuali jika terdesak, maka akan diberikan ke tempat lain. Dengan niat sebatas berzakat.

4. Kisah Perlombaan Bersedekah Antara Umar ra. Dengan Abu Bakar ra.

Umar ra. berkata, "Suatu ketika Rasulullah saw. menyuruh kami agar berinfak di jalan Allah. Kebetulan, ketika itu ada sedikit harta pada saya, maka saya berkata dalam hati, 'Saat ini saya ada harta, saya akan korbankan harta saya melebihi pengorbanan Abu Bakar ra..' Saya pun pulang ke rumah dengan gembira. Lalu, saya membagi dua seluruh harta di rumah saya. Setengahnya saya tinggalkan untuk keluarga, dan setengahnya lagi saya serahkan kepada Nabi saw.. Beliau bertanya, "Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?" Jawab saya, "Ada, ya Rasulullah." Beliau saw. bertanya lagi, "Apa yang kamu tinggalkan?" Jawab saya, "Saya tinggalkan untuk mereka setengah hartaku." Lalu, datanglah Abu Bakar ra. dengan membawa seluruh hartanya. Nabi saw. bertanya kepadanya, "Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" Sahut beliau, "Saya tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya." (maksudnya; Saya tinggalkan mereka dengan keberkahan dari Allah swt. dan Rasul-Nya, juga dengan ridha serta kerelaan keduanya). Melihat hal ini, Umar ra. berkata, "Aku tidak akan pernah dapat mengalahkan Abu Bakar ra.."

Faedah:
Berlomba-lomba dalam amal shaleh dan kebaikan satu sama lain, adalah sangat baik dan disukai. Al-Qu'an pun telah menganjurkannya. Kisah di atas terjadi menjelang perang Tabuk. Saat itu Rasulullah saw. memberi anjuran khusus untuk bersedekah. Dan para sahabat ra. dengan kemampuan masing-masing telah mengorbankan harta mereka fi sabilillah dengan penuh gairah dan semangat, sebagaimana dalam kisah kesembilan bab II. Semoga Allah swt. membalas kebaikan mereka, kita, dan seluruh kaum Muslimin.

5. Kisah Para Sahabat ra. Yang Syahid Kehausan Karena Lebih Mengutamakan Kawannya

Abu Jahm bin Hudzaifah ra. berkata, "Ketika berlangsung perang Yarmuk, saya mencari keponakan saya yang menyertai pertempuran itu. Saya membawa sebuah kendi berisi air. Mungkin ia kehausan. Ketika saya menjumpainya dan akan memberinya minuman yang saya bawa, tiba-tiba terdengar suara rintihan seseorang. Keponakan saya menyuruh saya dengan isyarat, agar memberikan minuman itu kepada orang yang merintih itu. Ternyata, orang itu adalah Hisyam bin Abil Ash ra.. Ketika saya mendatanginya, ternyata di dekatnya pun ada seseorang yang kehausan meminta air. Hisyam memberi saya isyarat agar saya mendekati orang itu. Ketika saya mendekatinya, ternyata ia telah meninggal dunia. Akhirnya, saya membawa kembali air itu kepada Hisyam ra., ternyata Hisyam ra. pun telah meninggal dunia. Saya langsung ke tempat keponakan saya tadi, rupanya ia pun telah meninggal dunia. 'Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun'. (Diroyah)

Faedah:
Sangat banyak kisah-kisah mengenai sifat itsar para sahabat yang tertulis dalam kitab-kitab hadits. Walaupun, saudaranya sendiri sedang kehausan, ia tetap mendahulukan kepentingan orang lain, yang juga dalam kesulitan. Ia tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi juga memikirkan saudaranya yang kedua, dan yang kedua pun memikirkan saudaranya yang ketiga, sehingga ketiga-tiganya meninggal dunia.
Allah swt. tentu akan melimpahkan kasih sayang dan kemuliaan bagi mereka, karena mereka mampu mencurahkan kasih sayang mereka, dengan mengorbankan nyawa mereka sendiri.

6. Kisah Pengkafanan Hamzah ra.

Paman Nabi saw., yaitu Hamzah ra. telah syahid pada perang Uhud. Orang-orang kafir itu telah memotong telinga, hidung, dan anggota-anggota tubuh Hamzah ra.. Dadanya dirobek dan hatinya dikeluarkan dengan sangat zhalim. Setelah pertempuran selesai, Nabi saw. bersama para sahabat ra. mencari para syuhada dalam pertempuran itu dan menyiapkan kain-kain kafan untuk mereka. Nabi saw. sangat bersedih ketika melihat keadaan mayat Hamzah ra.. Lalu, dengan sehelai kafan ditutupilah mayat Hamzah ra.. Kemudian, datanglah saudari Hamzah ra.; Shafiyah r.ha.. Melihat mayat saudaranya yang telah rusak, sebagai seorang wanita, hatinya kurang tabah melihat kezhaliman tersebut. Sebab itu, Rasulullah saw. segera menyuruh Zubair ra., putra Shafiyah ra. agar melarang ibunya mendekati mayat Hamzah ra.. Zubair ra. pun melarang ibunya agar tidak mendekati jenazah. Ibunya berkata, "Saya sudah mengetahui keadaan saudara saya, yang syahid dengan hidung, telinga dan anggota-anggota tubuhnya yang terpotong-potong. Karena ia sedang berjuang di jalan Allah, maka hal itu bukanlah masalah. Saya rela. Saya hanya mengharap pahala dari Allah swt., dan hry" Allah saya dapat bersabar." Lalu Zubair ra. menyampaikan hal itu kepada Nabi saw.. Mendengar itu, Shafiyah r.ha. diijinkan menengok kakaknya. Lalu Shafiyah r.ha. mendatangi mayat saudaranya itu, ia membaca, "Inna lillahi wa inna ilaihi ra ji'un." dan memohonkan istighfar baginya kepada Allah swt..
Dalam riwayat lain diceritakan; Ketika berlangsung perang Uhud, banyak bertebaran mayat para syuhada. Lalu ada seorang wanita yang melihat ke sana. Rasulullah saw. segera bersabda, "Lihat, cegahlah wanita itu." Zubair ra. bercerita, "Saya mengenalinya. Ternyata ia ibuku. Saya segera melarangnya, tetapi ia menolak keras, sehingga saya jatuh terpukul ibuku." Ibuku berkata, "Minggirlah." Kata saya, "Rasulullah saw. telah melarangmu." Ibuku langsung berhenti. Ia tidak jadi melihat mayat saudaranya. Lalu ia mengeluarkan dua helai kain kafan, seraya berkata, "Saya datang dengan membawa kain kafan untuk saudara saya. Saya telah mendengar kabar kematiannya, maka kafanilah ia dengan kain ini." Kami mengambil kain kafan tersebut dan bersiap mengkafani mayat Hamzah ra.. Ternyata di sisi mayat Hamzah ra., ada mayat seorang Anshar, yaitu Suhail yang keadaannya sama dengan Hamzah ra.. Kami merasa tidak enak hati, jika Hamzah ra. mendapatkan dua kain kafan sedangkan Suhail tidak mendapatkan kafan sehelai pun. Akhirnya kami membagi dua kain kafan itu. Sehelai berukuran besar dan lainnya kecil. Kami pun mengundinya. Dan hasilnya, Suhail mendapatkan kain kafan panjang, sedangkan Hamzah mendapatkan kain pendek. Yang jika ditutupkan ke kakinya kepalanya akan terbuka. Dan jika ditutupkan ke kepalanya kakinya terbuka. Akhirnya Nabi saw. menyuruh agar kepalanya ditutup kain, dan kakinya ditutupi dedaunan. (Khamis)
Ibnu Sa'ad ra. menceritakan dalam riwayat lain; bahwa ketika Shafiyah r.ha. datang membawa dua helai kafan untuk mengkafani Hamzah ra. Ternyata di dekatnya ada mayat seorang Anshar dalam keadaan sama. Maka kain yang besar tadi diberikan kepada Hamzah ra.. Ini adalah riwayat yang singkat, sedangkan riwayat Khamis lebih terperinci.

Faedah:
Demikianlah kisah pengkafanan paman Rasulullah saw., raj a dua alam. Ketika pamannya syahid, dan ada seorang wanita yang membawakan kain kafan untuknya, tetapi karena ada mayat seorang Anshar tergeletak di sisinya tanpa kafan, maka beliau merasa tidak enak, sehingga kain itu dibagi menjadi dua. Bahkan pamannya mendapatkan bagian yang lebih pendek daripada orang Anshar itu. Padahal pamannya lebih berhak atas kain itu, namun rasa persamaan lebih diutamakan.
Orang-orang yang mendakwahkan persamaan, jika dakwaan mereka benar, maka seharusnya mereka mengikuti contoh di atas. Dan seharusnya kita merasa malu atas tingkah laku dan ucapan kita. Yang mengaku pengikut Nabi, tapi tidak mengikuti teladan mereka.

7. Kisah Pemberian Kepala Kambing Yang Kembali Lagi

Ibnu Umar ra. bercerita; Ada seorang sahabat ra. memberi kepala kambing kepada sahabatnya. Sahabat yang menerima itu berpikir, "Nampaknya, kawanku si fulan lebih memerlukan ini daripada saya." maka, ia berikan kepala kambing itu kepada tetangganya. Dan tetangganya itu pun berpikiran sama, bahwa tetangganya yang sebelah lebih memerlukan lagi, maka kepala kambing itu diberikan ke rumah sebelahnya. Demikianlah pikiran setiap sahabat yang mendapat kepala kambing itu, sehingga kepala kambing itu telah berkeliling ke tujuh rumah sampai akhirnya kembali ke rumah sahabat yang pertama. (Durr Mantsur).

Faedah:
Dari kisah ini, dapat kita ketahui bahwa semua sahabat itu memerlukannya. Dan dapat diketahui pula, bahwa mereka lebih mementingkan keperluan orang lain daripada keperluannya sendiri.

8. Kisah Umar ra. Mengajak Istrinya Untuk Menolong Orang Yang Akan Melahirkan

Ketika Amirul Mukminin, Umar ra. menjabat khalifah, pada malam hari ia sering berkeliling dari rumah ke rumah untuk menjaga kotanya. Suatu saat, ketika sedang meronda, ia melihat di sebuah tanah lapang ada sebuah kemah dari kulit yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ketika didekati, ia jumpai seorang lelaki sedang duduk di depan kemah, dan terdengar suara rintihan seseorang dari dalam kemah. Setelah memberi salam, Umar ra. duduk di dekat lelaki tadi sambil bertanya, "Siapakah kalian?" Jawab lelaki itu, "Kami adalah rombongan musafir yang tinggal di hutan." Lalu Umar ra. berkata, "Jika ada suatu keperluan, saya bersedia membantu Anda." Lanjut beliau, "Mengapa ada suara rintihan dari dalam?" Lelaki itu menjawab, "Silakan pergi, dan urus saja pekerjaanmu sendiri!" Setengah memaksa, Umar ra. tetap bertanya, "Mengapa seperti ada suara orang kesakitan?" Lelaki itu ter-paksa menjawab bahwa istrinya hampir melahirkan, sedang kesakitan. Tanya Umar ra., "Apakah ada wanita lain yang membantunya?" Jawab lelaki itu, "Tidak ada." Maka, Umar ra. segera kembali ke rumahnya, dan berkata kepada istrinya, Ummi Kultsum r.ha., "Ada pekerjaan berpahala besar datang untukmu." Istrinya bertanya, "Pekerjaan apa?" Kata Umar ra., "Ada istri seorang penduduk kampung sedang kesakitan karena hampir melahirkan, tanpa ada yang membantunya." Istrinya langsung menjawab, "Ya, untuk suatu kebaikan saya selalu siap." Bagaimana tidak bersedia, sedangkan ia adalah anak Fatimah r.ha. (cucu Rasulullah saw.). Lalu Umar ra. menyuruhnya agar segera mempersiapkan keperluan melahirkan, seperti minyak, ketel, dan lain-lainnya. Juga dibawa serta mentega, gandum dan sebuah panci, lalu mereka pergi. Umar ra. berjalan di belakang. Setibanya di sana, Ummi Kultsum r.ha. segera masuk ke dalam kemah. Sedangkan Umar ra. langsung menyalakan tungku, memasukkan biji-biji gandum ke dalam panci. Setelah persalinan selesai, dari dalam Ummi Kultsum r.ha. berteriak, "Wahai Amirul Mukminin!, saudaramu telah dikarunia kegembiraan dengan kelahiran anak lelaki." Ketika kata 'Amirul Mukminin' terdengar oleh lelaki pemilik kemah itu, ia langsung gemetar. Umar ra. berkata, "Tidak perlu khawatir." Lalu panci masakan tadi dimasukkan ke dalam kemah. Ummi Kultsum r.ha. memberi makan kepada ibu yang baru melahirkan tadi. Setelah itu, panci dikeluarkan. Umar ra. berkata kepada lelaki itu," Ambillah, kamu pun mesti makan, karena malam ini kamu akan berjaga semalaman." Setelah semuanya selesai, Umar ra. dan istrinya pulang ke rumah. Sebelum pulang, Umar berkata kepada lelaki tadi, "Datanglah kepadaku esok, ada sesuatu yang akan saya berikanuntukmu." (Asyhar)
Faedah:
Adakah seorang raja, pemimpin atau orang kaya di jaman ini, yang peduli tentang keperluan orang miskin yang sepele, apalagi bersedia mengajak istrinya pada malam hari memasuki hutan atau perkampungan membantu orang-orang miskin, apalagi dengan tangannya sendiri mau memasakkan makanan untuk mereka. Jangankan orang kaya, ahli agama pun sangat sulit ditemui.
Inilah yang harus kita renungkan. Kita mengaku pengikut mereka. Kita berharap, semoga dengan berkah kisah tersebut, dapat mendorong kita untuk mengamalkannya. Mudah-mudahan, jika kita menemukan seperti keadaan di atas, kita siap melaksanakannya.

9. Kisah Abu Thalhah ra. Mewakafkan Kebunnya

Anas ra. berkata, "Abu Thalhah ra. adalah seorang Anshar yang memiliki kebun terbanyak dan terbesar di Madinah Munawwarah. Salah satu kebunnya yang terbesar bernama 'Birha'. Kebun inilah yang paling disukai olehnya. Letaknya pun berdekatan dengan masjid Nabawi, dan airnya pun mudah diperoleh serta mengalir deras. Rasulullah saw. sering duduk di kebun ini dan meminum airnya.
Ketika ayat berikut ini turun;

"Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang paling kamu cintai. "(Ali Imran: 92)

Maka Abu Thalhah ra. langsung menjumpai Nabi saw. dan berkata, " Ya Rasulullah, saya sangat mencintai kebun saya Birha. Dan Allah swt. memerintahkan agar mengorbankan harta yang paling kita cintai. Untuk itu, saya ingin menginfakkan kebun yang sangat saya cintai ini fisabilillah. Apapun yang menurutmu baik untuk digunakan, maka gunakanlah." Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh sesuatu yang menggembirakan. Banyak orang yang memerlukan harta ini." Menurut pemahaman saya, beliau saw. ingin agar saya membagikan harta tersebut kepada kaum kerabat saya yang memerlukannya." Kemudian Abu Talhah ra. membagikan hartanya itu kepada sanak saudaranya.

Faedah:
Kita pun hendaknya menginfakkan harta kita yang paling kita cintai. Jika kita mendengar atau membaca suatu nasehat dari Al-Qur'an, maka buktikanlah hal itu dalam perbuatan kita. Apabila terlintas dalam benak kita untuk mewakafkan atau menginfakkan sesuatu, kadang-kadang kita takut menyesal setelah melakukannya, atau khawatir dengan warisan untuk anak cucu kita, yang akhirnya, kita tidak jadi mewakafkan harta tersebut. Bertahun-tahun kita memikirkan hal itu, namun tidak terpikir bahwa hidup kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Sangatlah berbeda, jika kita akan mengadakan acara pernikahan umpamanya, kita tidak merasa cemas untuk berutang kepada orang lain.

10. Kisah Abu Dzar ra. memperingatkan Pelayannya

Abu Dzar Al-Ghifari ra. adalah seorang sahabat yang masyhur, dan termasuk ahli zuhud. Kisah ke-Islamannya telah diceritakan dalam Bab I kisah ke-5. Ia tidak pemah mengumpulkan harta, juga tidak menyukai orang yang menumpuk harta. Ia sering mengecam para hartawan. Sehingga, khalifah Utsman ra. menyuruhnya agar menyendiri di Rabzah, yaitu suatu hutan yang sangat sedikit penduduknya.
Abu Dzar ra. memiliki beberapa ekor unta yang digembalakan oleh seorang lelaki tua dan lemah. Suatu ketika, ada seorang lelaki Banu Salim yang datang kepadanya dan menyampaikan keinginannya, "Saya ingin berkhidmat kepadamu, sehingga dapat mengambil manfaat dan pelajaran darimu. Saya siap menggembalakan unta-untamu, agar saya dapat mengambil berkah darimu." Abu Dzar ra. menjawab, "Kawanku adalah yang mau mentaatiku. Jika kamu bersedia mentaatiku, maka tinggallah bersamaku. Jika kamu tidak mendengar ucapanku, maka aku tidak memerlukanmu." Lelaki Banu Salim tadi bertanya, "Ketaatan manakah yang engkau maksud?" Beliau berkata, "Jika aku menyuruhmu untuk menyedekahkan hartaku, maka hendaknya kamu langsung memilih hartaku yang paling baik." Jawab pemuda itu, "Saya siap menerimanya." Maka, tinggallah pemuda itu bersama beliau.
Suatu hari, ada seseorang memberitahu bahwa ada beberapa orang yang sangat kelaparan dan kehausan. Beliau pun menyuruhku, "Ambilkan seekor unta." Selanjutnya, saya pergi melihat unta yang terbaik. Ternyata, ada seekor unta yang sangat bagus, harganya mahal, dan sangat menurut jika ditunggangi. Sesuai dengan janji saya untuk memilihkan pemberian yang terbaik, maka saya membawa unta tadi kepadanya. Namun, hati saya berpikir; unta ini terlalu bagus untuk diberikan kepada orang-orang miskin itu. Segera saya mengembalikan unta itu, dan saya ambil seekor unta betina yang derajatnya di bawah unta tadi. Lalu saya menghadapnya. Setelah melihat unta yang saya bawa, beliau berkata kepadaku, "Kamu telah mengkhianatiku!" Saya memahami maksudnya, maka saya segera kembali dan mengambil unta yang terbaik tadi. Kemudian beliau bertanya kepada orang-orang di sampingnya, "Apakah ada dua orang diantara kalian yang siap bekerja karena Allah?" Dua orang berdiri siap. Abu Dzar ra. berkata kepada mereka, "Sembelihlah unta ini, dan potong-potonglah, lalu bagikan ke setiap rumah! Rumah Abu Dzar ra. termasuk dalam hitungan yang memerlukan, dengan bagian yang sama dengan yang lain." Setelah memberi petunjuk pembagian daging tersebut, beliau memanggil saya, "Saya telah menyuruhmu agar memilih benda yang terbaik untuk disedekahkan, lalu kamu sengaja atau karena lalai telah mengingkarinya. Jika kamu lupa, tidak mengapa." Jawab saya, "Sebenarnya, saya tidak lupa. Mula-mula, saya telah memilih unta yang terbaik tadi, namun hati saya berkata bahwa unta itu paling bagus dalam kerja, dan sangat diperlukan, sedangkan unta-unta yang lain masih banyak. Engkau pun masih memerlukannya. Karena itulah saya tinggalkan unta itu." Beliau berkata, "Engkau justr tidak memenuhi keperluanku." Saya menjawab, "Saya telah memenuhi keperluanmu." Beliau menyahut, "Apakah kamu ingin tahu apa itu keperluanku? Keperluanku adalah pada hari di mana aku akan diletakkan di dalam kubur sendirian. Hari itulah hari keperluan dan kepentinganku yang sebenarnya. Harta itu ada tiga bagian; Yang pertama, adalah yang sudah ditakdirkan pasti akan dibawa, yang baik atau buruk. Kedua, adalah harta warisan yang akan dibagi-bagikan. Jika kamu mati, maka orang lain akan memilikinya. Dan ketiga adalah harta untuk dirimu sendiri, yaitu amal shaleh. Jika dapat, usahakanlah kita dapatkan ketiganya. Tetapi, setidaknya kita berusaha sekuat tenaga untuk mendapatlzan harta yang ketiga, karena itulah harta yang ucimanfaat bagi kita di hadapan Allah swt.. Allah swt. berfirman;
"Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang paling kamu cintai. "(Ali Imran: 92)
Oleh sebab itu, saya menginfakkan harta yang paling saya sukai, sehingga akan menjadi tabungan saya di akherat. Dan itulah yang sedang saya kumpulkan.
Faedah:
Maksud 'harta yang paling bermanfaat diantara tiga bagian' adalah; Usahakan semampu kita untuk menyimpan harta kita di akherat. Jangan sampai keterlaluan mengumpulkan harta sehingga akan sia-sia, atau ketika meninggal dunia, harta itu akan berpindah ke tangan orang lain, dimana kitalah yang kelak akan ditanya. Dalam beberapa hari, anak, keluarga, istri akan melupakan kepergian pemilik harta. Sangat sedikit ahli waris orang yang meninggal dunia, menyedekahkan hartanya lalu menghadiahkan pahalanya bagi si mayit dan mengingatnya. Rasulullah saw. bersabda, "Orang selalu mengatakan, "Hartaku, hartaku." Padahal hartanya hanyalah yang telah ia makan, yang telah ia pakai, yang telah ia usangkan, yang telah dihabiskan olehnya, yang telah dirusak ataupun yang telah dibelanjakan di jalan Allah swt.. Dan harta yang telah ia kumpulkan selain digunakan untuk tadi, sebenarnya telah ia kumpulkan untuk orang lain."
Nabi saw. bersabda, "Siapakah diantara kalian yang menjadikan harta waris itu lebih baik daripada hartanya?" Sahut para sahabat ra., "Ya Rasulullah saw., siapakah yang lebih menyukai harta orang lain daripada hartanya sendiri?" Jawab Beliau saw., "Harta miliknya ialah harta yang telah ia infakkan, dan yang kamu tinggalkan adalah milik ahli warismu." (Misykat)
11. Kisah Ja'far ra.
Ja'far Thayyar ra. adalah keponakan Rasulullah saw., kakak kandung Ali ra.. Pada mulanya, keluarganya terkenal sebagai keluarga yang sangat dermawan, pemberani, dan pahlawan di kalangan Quraisy. Namun Ja'far ra., mempunyai pergaulan khusus dengan orang-orang miskin. Ia banyak bergaul dengan orang-orang miskin.
Disebabkan kezhaliman kafir Quraisy, kaum Muslimin berhijrah pertama kaliny a ke Habsy ah. Dan Ja'far ra. ikut rombongan itu. Namun kaum kafir Quraisy tidak membiarkan kaum Muslimin begitu saja.
Mereka mengirim beberapa orang Quraisy, menghadap ke raja Najasyi, yang kisahnya telah diceritakan dalam Bab I, kisah ke-10 yang lalu. Setelah hijrah ke Habsyah, Ja'far pulang dan berhijrah ke Madinah, dan syahid dalam perang Mu'tah, yang kisahnya akan dikisahkan pada lembaran mendatang.
Ketika ia wafat, Rasulullah saw. menziarahi keluarganya dan memanggil anak-anaknya, yaitu; Abdulllah, Aun, dan Muhammad ra.. mereka masih kecil-kecil. Rambut mereka dibelai dan dido'akan keberkahan oleh Nabi saw.. Anak-anaknya memiliki warna sifat yang sama seperti ayahnya. Namun sifat kedermawanan Abdullah ra. lebih menonjol.. Sehingga, ia digelari 'Qutubus Sakho' ketua para dermawan. Pada usia tujuh tahunia telah dibaiat oleh Rasulullah saw..
Suatu ketika, Abdullah bin Ja'far ra. meminta perlindungan bagi seseorang kepada Ali ra., dan Ali ra. mengabulkannya. Setelah orang itu bebas, maka sebagai tanda terima kasihnya, ia memberi 40.000 dirham kepada Abdullah bin Ja'far ra.. Namun Abdullah menolaknya, sambil berkata, "Kami tidak menjual kebaikan kami." Dan juga pernah, ada seseorang datang di majelisnya dan memberinya hadiah 2000 dirham. Langsung ia bagikan uang tersebut kepada ahli majelis itu sampai habis. Pada kesempatan lain, ada seorang pedagang menjual gula dalam jumlah banyak di pasar. Tetapi tiada seorang pun yang membelinya. Ia sangat bersedih. Lalu lewatlah Abdullah bin Ja'far ra.. Melihat keadaannya, Abdullah menyuruh pelayannya agar membeli semua gula tadi dan membagi-bagikannya ke semua orang dengan cuma-cuma. Ia pun akan menjamu makan minum setiap kabilah atau tamu yang mengunjunginya, juga keperluannya, walaupun pada malam hari. (Al-Ishabah)
Suatu ketika, Zubair ra. menyertai suatu peperangan. Sebelum berangkat, ia berwasiat kepada anaknya, Abdullah bin Zubair ra., "Saya merasa, bahwa pada hari ini saya akan mati sy?' .id, maka kamu hendaknya melunasi utang-utang saya, dan selesaikan pekerjaan saya pada fulan dan fulan." Ia berwasiat demikian, dan syahid pada hari itu. Ketika Ibnu Zubair ra. menghitung seluruh utang ayahnya, ternyata berjumlah 2.200.000 dirham. Padahal sebenarnya beliau ini terkenal sifat amanahnya. Banyak orang menitipkan amanah kepada Zubair ra.. Tetapi Zubair ra. senantiasa berkata kepada orang yang menitipkan itu, "Saya ini bukan tempat penyimpanan amanah. Jadi titipan kalian akan saya anggap sebagai utang saya kepada kalian. Jika kalian memerlukannya, maka ambillah dari saya." Kemudian uang itu ia gunakan untuk bersedekah kepada fakir miskin.
Beliau berwasiat kepada Ibnu Zubair ra., "Jika kamu ada kesulitan, mintalah kepada tuan saya." Ibnu Zubair ra. merasa tidak paham, maka ia bertanya, "Siapakah tuanmu, ayah?" Dijawab, "Allah." Akhirnya, Ibnu Zubair ra. dapat melunasi utang-utangnya.
Abdullah bin Zubair ra. bercerita, "Jika ada kesulitan, maka saya akan berkata, "Wahai Tuannya Zubair! pekerjaan si fulan belum diselesaikan." Dan pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi mudah diselesaikan. Selanjutnya ia bercerita, "Suatu ketika, saya berkata kepada Abdullah bin Ja'far ra., "Dalam daftar utang ayahku, kamu berutang sejuta dirham kepada ayahku." Abdullah bin Ja'far ra. menjawab, "Jika demikian, ambillah bayarannya." Namun, setelah saya teliti kembali catatannya, ternyata saya telah melakukan kesalahan. Saya segera kembali ke Abdullah bin Ja'far ra.. Saya berkata, "Ternyata ada kesalahan dalam catatan saya." Abdullah bin Ja'far ra. menjawab, "Saya telah memaafkannya." Saya berkata, "Tidak, tidak cukup dengan memaafkan, saya mesti membayarnya." Abdullah bin Ja'far menjawab, "Jika demikian, bayarlah sesuai kemampuanmu." Saya katakan, "Ambillah sebidang tanah saya sebagai pembayarannya." Saat itu banyak tanah yang saya dapatkan dari rampasan perang. Abdullah bin Ja'far ra. berkata, "Bagus, saya menerimanya." Padahal saya telah memberinya tanah gersang. Bahkan, air pun tidak ada. Tetapi beliau langsung menerimanya dan berkata kepada budaknya, "Hamparkanlah sajadah di atas tanah ini." Setelah dihamparkan sajadahnya, ia shalat dua rakaat dengan sujud yang sangat lama. Selesai shalat, beliau menyuruh hambanya agar menggali sebuah tempat di atas tanah tersebut. Beberapa lama setelah hambanya menggali, terpancarlah sebuah mata air yang sangat deras dari tempat itu. (Asadul Ghobah)
Faedah:
Demikian perilaku para sahabat ra.. Dan masih banyak lagi kejadian seperti itu. Hal itu bukan suatu hal luar biasa bagi mereka. Sifat tersebut, secara umum dimiliki oleh seluruh sahabat ra..
Pengertian Riba dan Ayat Tentang Riba

Pengertian Riba dan Ayat Tentang Riba

Ayat Tentang Riba -Dalam Surat Albaqarah menjelaskan yang artinya :
Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri tegak jika bangkit dari kuburnya melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila atau karena keberatan perut dari hasil riba yang dimakan. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapatan) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Berkata Zaid bin Alkhabbab : Aku mendengar Rasulullah bersabda : Barang siapa mengucapkan :

"Ya Allah berilah shalawat atas Muhammad dan tempatkanlah dia di tempat yang dekat padamu di hari qiamat" patut mendapat syafaatku.

Hadist Nabi Muhammad saw. Tentang Celanya Riba

Menurut riwayat Abuhurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

Empat orang tidak akan dimasukkan syurga oleh Allah atau merasakan ni'matnya : Peminum khamar (barang yang memabukkan), pemakan hasil riba, pemakan harta/hak anak yatim dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.

Bersabda Rasululah saw. menurut riwayat Abuhurairah ra. :

Jauhilah tujuh perbuatan yang membinasakan : Syirik pada Allah swt., mengerjakan sihir, melakukan pembunuhan yang diharamkan oleh Allah kecuali dalam kebenaran, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, memakan riba dan melakukan tuduhan (mencemarkan) nama baik perempuan beriman yang bersuami.

Di riwayatkan oleh Abdullah Ibnu Mas'ud ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

Riba itu mempunyai tujuh puluh macam dosa, yang paling ringan ialah umpama dosa seorang bersetubuh dengan ibunya.

Bersabda Rasulullah saw. :
Dosa ruba lebih besar dari tigapuluh tiga kali berzina yang dilakukan oleh orang dalam agama Islam.

Bersabda Rasulullah saw. :

Satu dirham dari riba yang dimakan oleh orang dengan sengaja lebih berat dosanya dari tigapuluh enam kali berzina.

Diriwayatkan oleh Sitti A'isyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

Jika seseorang menjual - menukar - satu dirham dengan dua dirham dan satu dinar dengan dua dinar, maka ia telah melakukan riba, demikian pula jika ia berbuat sesuatu dalam jual beli dengan penipuan - tipu muslihat - ia juga telah melakukan riba dan menipu Allah serta menganggap ayat-ayatNya sebagai olok-olokan.

Menurut Jabir Ibu Abdullah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw. melaknat orang-orang yang memakan riba - pemberi  maupun penerima - dan menjadi penulisnya dan atau saksinya.

Bercerita Samurah Ibnu Jundub r.a. :

Menjadi kebiasaan Rasulullah saw. sesudah beliau sembahyang subuh menghadapi kita (para sahabatnya) yang sedang berkerumun, menceritakan apa yang hendak ia khabarkan. Pada suatu hari beliau menanya sahabatnya : Adakah salah seorang melihat sesuatu dalam mimpi semalam ? Tidak, Ya Rasulullah, jawab sahabat. Kemudian diceritakan oleh Rasulullah bahwa beliau telah melihat semalam dalam mimpi seakan-akan didatangi dua makhluk yang membawanya ke suatu tempat suci dan tibalah di suatu sungai darah di mana di dalamnya berdiri seorang laki-laki, sedang ditepi sungai itu ada seorang laki-laki lain yang memegang batu-batu ditangannya. Tiap kali orang yang berada di dalam sungai itu mendekati tepi hendak keluar, di lemparlah ia oleh yang berada di tepi dengan batu  yang tepat mengenai sasaran mulutnya dan terpaksalah ia kembali ke tempatnya di tengah sungai darah itu. Kemudian aku menanya siapakah orang itu ? Dijawab : ialah pemakan uang riba.

Hikayat

Menurut cerita Abi Rafi, bahwa pada suatu saat ia menjual satu gelang kaki dari perak kepada Sayidina Abubakar ra., maka tatkala ditimbang gelang itu ternyata lebih berat - lebih banyak dari uang yang harus dibayarkan. Oleh Sayidina Abubakar diambilnya gunting hendak memotong gelang dan mengembalikan kelebihan kepada Abi Rafi yang ditolaknya sambil berkata : Biarlah kelebihan itu untuk kamu hai Khalifah Rasulullah! Dijawab oleh Sayidina Abubakar ra. : Aku pernah mendengar dari Rasulullah saw. bahwa yang menerima maupun yang memberi kelebihan adalah keduanya di dalam neraka.

Ada beberapa alasan mengapa riba diharamkan :
  1. Riba menyebabkan pengambilan harta orang lan tanpa ganti, karena barang siapa menjual atau menukar satu dirham dengan dua dirham secara kontan atau dengan tenggang waktu, ia telah memperoleh satu dirham tanpa ganti dan itulah haram.
  2. Riba diharamkan karena ia menghalangi orang berusaha berdagang, mengingat bahwa dengan jalan riba si pemilik uang bisa memperoleh keuntungan dan kelebihan harta tanpa jerih payah sehingga dengan demikian terputuslah manfaat yang dirasakan oleh orang banyak dari perdagangan dan pencarian rezeki halal.
  3. Riba menghilangkan rasa setia kawan dan amal kebajikan di antara sesama manusia yang saling membutuhkan hutang piutang yang seyogyanya dilakukan melulu atas dasar kemanusiaan dan pengharapan pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
  4. Riba telah diharamkan oleh Allah swt. dengan nash yang tegas, dan tidak semestinya semua perintah Tuhan diketahui hikmatnya oleh makhluknya. 
Jadi kita harus menerimanya walaupun kita belum mengetahui hikmah dan manfaatnya. Dan ketahuilah bahwa dalam suatu hukum juga terdapat nash, maka qias batal.

Diriwayatkan oleh Ubadah Ibnu el Shamit ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

Janganlah kamu menjual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, padi dengan padi, kurma dengan kurma dan garam dengan garam kecuali secara tunai dan seimbang kwalitas maupun kwantitasnya. Akan tetapi boleh menjual emas dengan perak, perak dengan emas, gandum dengan padi dan kurma dengan garam dengan kelebihan - keuntungan - sesuka hatimu menurut persetujuan kedua belah pihak.

Ketahuilah bahwa ada beberapa cara tipu-daya yang digunakan oleh orang-orang yang menjalankan riba guna meloloskan dirinya dan perbuatannya dari hukum riba, cara-cara mana oleh sebagian ahli fiqih dibolehkan dan sebagian dimakruhkan. Misalnya seorang hendak pinjam hutang dari seorang ahli riba barang sepuluh dirham dengan kesanggupan membayar lima belas dirham dalam tenggang waktu satu bulan, maka dilakukannya transaksi ini dalam bentuk jual-beli sepotong baju. Sipiutang seakan-akan menjual baju dengan harga sepuluh dirham kepada si ahli riba yang sesudah menerima dan membayarnya harga baju itu, ia dijualnya kembali kepada sipiutang dengan harga lima belas dirham dengan tenggang waktu satu bulan.

Cara sebagaimana tersebut di atas dan cara-cara serupa yang bertujuan menipu diri sendiri dan memperdaya Tuhan, harus di jauhi oleh orang yang beriman, karena Tuhan maha mengetahui isi hati makhluknya, demikian pula segala transaksi dagang melanggar syariat supaya dihindari agar selamat di hari kemudia di akhirat.
Kisah Mendatangkan Nabi Khidir AS.

Kisah Mendatangkan Nabi Khidir AS.

Pada suatu malam seorang Raja bengis di Turkestan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang sufi. Tiba-tiba sang Raja bertanya tentang Nabi Khidir.
Kisah Mendatangkan Nabi Khidir AS.

“Khidir,” kata sufi itu, “Datang kalau diperlukan. Tangkaplah jubahnya kalau ia muncul, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda.”

“Apakah itu bisa terjadi atas siapapun ?”

“Ya, siapapun bisa,” kata sufi itu.

“Siapa pula lebih bisa dariku ?” pikir Sang Raja.

Sang Raja sangat ingin bertemu dengan Nabi Khidir, seperti diceritakan sang sufi, ia ingin menangkap jubahnya agar memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Apa yang dilakukan oleh sang Raja? Ternyata ia kemudian mengedarkan pengumuman bunyinya demikian:

“Siapa yang bisa menghadirkan Khidir Yang Ghaib di hadapanku, akan kujadikan orang kaya.”

Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Al-kisah, seorang lelaki miskin dan tua bernama Bakhtiar Baba mendengar pengumuman itu. la menyusun akal lalu berkata kepada isterinya.

“Aku punya rencana. Kita akan segera kaya, tetapi beberapa lama kemudian aku harus mati. Namun tak apalah, sebab kekayaan kita akan bisa menghidupimu seterusnya.”

Kemudian Bakhtiar menghadap raja, setelah memberi hormat ia berkata kepada sang Raja.

“Hamba dapat menghadirkan Khidir, tetapi ada syaratnya...”

“Apa syaratnya yang kau pinta?” tanya sang Raja.

“Baginda harus memberi hamba seribu keping uang emas."sahut Bakhtiar Baba.

“Tunggu.. .”kata sang Raja.”Berapa lama kau dapat mencari Khidir?”

“Hamba akan mencari Khidir dalam waktu empat puluh hari.

“Kalau engkau bisa menemukan Khidir.” kata sang Raja. “Kau akan mendapat sepuluh kali seribu keping uang emas ini. Kalau gagal kau akan mati dipancung di tempat ini sebagai peringatan kepada siapapun yang akan mencoba mempermainkan rajanya.”

Bakhtiar menerima syarat itu. la pulang dan memberikan uang itu kepada isterinya sebagai jaminan hari tuanya. Sisa hidupnya yang tinggal empat puluh hari itu dipergunakan untuk merenung, mempersiapkan diri memasuki kehidupan alam barzah.

Pada hari keempat puluh ia menghadap raja.

“Yang Mulia,” katanya, “Kerakusanmu telah menyebabkanmu berpikir bahwa uang akan bisa mendatangkan Khidir. Tetapi Khidir, kata orang- tidak akan muncul oleh panggilan yang berdasarkan kerakusan.”

Sang Raja sangat marah. “Orang celaka, kau telah mengorbankan nyawamu : Siapa pula kau ini, berani-beraninya mencampuri keinginan seorang raja ?”

Dengan tenang Bakhtiar berkata,” Menurut dongeng, semua orang bisa bertemu Khidir. Tetapi pertemuan itu hanya akan ada manfaatnya apabila maksud orang itu benar. Mereka bilang, Khidir akan menemui orang selama ia bisa memanfaatkan saat kunjungan itu. Itulah hal yang kita tidak menguasainya.”

“Cukup bualanmu itu !” hardik Sang Raja.” Sebab tak akan memperpanjang hidupmu. Waktumu habis ! Kau hanya tinggal menungguku urituk minta nasehat para menteriku tentang cara paling tepat guna menghukummu.”

Sang Raja menoleh pada Menteri Pertama dan berkata,” Bagaimana cara orang ini mati ?”

Menteri pertama menjawab, “.Panggang dia hidup-hidup, sebagai peringatan.”,

Menteri kedua berkata. “Potong-potong tubuhnya, pisah-pisahkan anggota tubuhnya.”

Menteri ketiga berkata. “Sediakan kebutuhan hidup orang ini, agar ia tidak lagi menipu demi kelangsurigan hidup keluarganya.”

Sementara pembicaraan itu berlangsung, seorang bijaksana yang sudah sangat tua memasuki ruangan itu. Segera orang mengajukan pendapat sesuai dengan prasangka yang tersembunyi dalam dirinya.

“Orang tua apa maksud kedatanganmu ?” tanya Raja.

“Saya hanya ingin mengulas nasihat para menteri ini.”, kata orang tua itu.

“Apa maksudmu !” kata Sang Raja.

“Maksudku, Menteri Pertama ini aslinya Tukang Roti, jadi ia berbicara tentang panggang-memanggang. Menteri Kedua dulu Tukang Daging, jadi ia bicara tentang potong-memotong daging. Menteri ketiga, yang telah mempelajari Ilmu Kenegaraan, melihat sumber masalah yang kita bicarakan ini.”

“Catat dua hal ini. Pertama, Khidir muncul melayani setiap orang sesuai dengan kemampuan orang itu untuk memanfaatkan kedatangannya. Kedua, Bakhtiar, orang irii yang kuberi nama Baba karena pengorbanannya telah didesak oleh keputusasaan untuk melakukan tindakan tersebut. Keperluannya semakin mendesak sehingga akupun muncul di depanmu.”

Semua orang terkejut mendengar perkataan orang tua itu. Ketika orang-orang itu memperhatikannya dengan seksama, maka orang tua bijaksana itu telah lenyap begitu saja.

Raja sangat menyesal karena tidak sempat memanfaatkan saat pertemuan itu; karena orang itu tak lain adalah Nabi Khidir.

Sesuai dengan yang diperintahkan Nabi Khidir, Raja memberikan belanja teratur kepada Bakhtiar. Menteri Pertama dan Kedua dipecat dan seribu keping uang emas itu dikembalikan ke kas kerajaan oleh Bakhtiar dan isterinya.
Alam Jin, Bukanlah Narasi Fiktif

Alam Jin, Bukanlah Narasi Fiktif

bukti adanya jin
Kebanyakan para penganut ajaran filsafat, penganut faham Qadariyah, dan seluruh orang-orang Zindig (pura-pura beriman) dan atheis, tidak percaya/ingkar terhadap adanya alam jin dan setan secara mutlak.

Ada pula sebagian orang yang mengingkari jin, tapi tidak terang-terangan, melainkan alam jin itu ditakwil (ditafsirkan) dengan bebas sampai pada tingkat peniadaan dan pengingkaran. Di antaranya ialah Dr. Muhammad Al Bahi. Menurut beliau dalam menafsiri surat Al Jin yang dimaksud dengan jin ialah malaikat. Jadi menurut pendapat beliau, Jin dan Malaikat itu satu alam. Sama dan tidak ada perbedaan antara keduanya. Alasannya, bahwa malaikat itu tidak tanpak oleh manusia, hanya saja yang digolongkan ke dalam jenis jin adalah yang tidak kelihatan oleh manusia dan tidak jelas keimanannya, kekufurannya, kebaikannya dan kejahatannya.

Berkata Al' Allamah Asy Syibli : Imam Haramain mengatakan dalam kitabnya (Asy Syamil) : banyak dari para pengikut aliran filsafat dan faham qadariyah serta seluruh kaum zindig mengingkari adanya setan dan jin secara mutlak. sebenarnya wajar seandainya yang tidak percaya itu orang-orang yang tidak tahu agama. Tetapi anehnya, para penganut faham qadariyah ini sudah tidak percaya lagi pada nas-nas Al-Qur'an dan Haditst-hadits sahih mengenai jin yang diriwayatkan secara mutawatir.

Abu Qasim Al Anshari berkata dalam kitab "Syarhul Irsyad": sebagian besar kaum muktazilah juga tidak percaya terhadap adanya jin. Ketidak percayaan itu lebih disebabkan karena kecilnya perhatian mereka dan lemahnya pemahaman mereka terhadap agama. Padahal keberadaan Jin itu tidak mustahil bagi akal. Sebab, nas-nas Al-Qur'an dan sunah menegaskan keberadaannya. Wajib atas orang-orang yang berakal dan berpegang teguh pada agama, di samping membenarkan apa yang mungkin bagi akal, juga menerima atau membenarkan apa yang ditetapkan oleh agama yaitu tentang adanya jin tersebut.

Abu Bakar Al Bagillani berkomentar : Banyak pula dari kaum qadiriyah yang mempercayai adanya jin pada zaman dulu dan meniadakannya untuk zaman sekarang. Di antara mereka juga ada yang mengakui adanya jin dan beranggapan bahwa mereka tidak terlihat karena kehalusan jasad mereka sehingga dapat ditembus cahaya. Ada pula yang mengatakan, tidak terlihatnya jin oleh manusia, karena jin itu tidak berwarna. Kemudian imam Al Haramain berkata : melandaskan pendapat pada kenyataan - kenyataan yang ada dan hadits-hadits akhad sebenarnya tidak banyak membawa arti, karena para ulama pada zaman sehabat Nabi dan para tabi'in telah sepakat adanya jin dan setan dan kita diperintahkan minta perlindungan kepada Allah dari kejahatan mereka. Orang yang benar-benar berpegang teguh pada agamanya pastilah tidak akan menyalahi kesepakatan di atas.

Qadhi Abadul Jabbar bin Ahmad bin Abdul Jabbar Al Hamdani, salah seorang pemuka ulama muktazilah, berkata : Dalil untuk membuktikan adanya jin ialah berdasarkan nash-nash agama bukan akal. Karena untuk membuktikan suatu yang ghaib, akal tidak akan menemukan jalan. Artinya, akal tidak akan mampu. Kenapa? Sesuatu itu tidak akan menunjukkan kepada sesuatu yang lain tanpa adanya ta'alluq (ketergantungan) antara keduanya, seperti ta'alluq perbuatan dengan pelakunya. Dan perbuatan itu menunjukkan kalau pelakunya bisa dan mengetahui. Keadaan pelaku yang bisa berbuat dan mengetahui itu menuntut kalau dia itu hidup. Keadaan pelaku yang hidup itu menuntut kalau dia itu mendengar dan melihat. Ringkas kata, adanya perbuatan itu menunjukkan adanya ketergantungan antara perbuatan itu dengan pekakunya. Kembali kepada masalah jin. Untuk mengakui ada dan tidaknya jin, ini tidak bisa dipaksakan kepada seseorang. Sebab, para ahli pikir sendiri berbeda berpendapat, ada yang mempercayai dan ada pula yang tidak percaya secara mutlak, khususnya para penganut aliran filsafat dan aliran kebatinan. Kalau semua orang harus mempercayai adanya jin, tentu orang tidak boleh mempermasalahkannya. Bahkan meragukan saja tidak boleh. Jadi, mengenal hal ini orang boleh berbeda pendapat.

Syaikh Abul Abas bin Taimiyah berpendapat : "Seorangpun dari kelompok-kelompok kaum muslimin tidak ada yang memperselisihkan adanya jin. Dan kebanyakan golongan-golongan orang kafir juga mengakui adanya jin. Begitu juga para ahli kitab, Yahudi, dan Nasrani, mereka mengakui/mengimani adanya jin, meskipun ada juga beberapa yang tidak mempercayainya, sebagaimana di tubuh kaum muslimin sendiri seperti para penganut aliran jahmiyah dan qadariyah, walaupun sebenarnya sebagian besar dari mereka dan imam-imam mereka mengakui adanya jin. Kenapa bisa demikian? Karena kabar adanya jin ini merupakan kabar dari para nabi yang diriwayatkan secara mutawatir (masal). Nah karena adanya jin ini kabar dari pada Nabi yang diriwayatkan secara mutawatir, maka orang-orang yang benar-benar beriman kepada para rasul tidak akan menolak adanya makhluk yang bernama jin tersebut. Dengan kata lain, seluruh kaum muslimin mengakui wujudnya jin. Begitu juga para ahli kitab dan kebanyakan kaum musyrik arab dan sebagainya; seperti para anak cucu Saam, Hindi, anak cucu Yafits dan sebagainya. Kebanyakan dari mereka mengakui eksistensi jin, bahkan mereka mempercayai benda-benda yang bisa dipakai untuk mendatangkan pertolongan jin; seperti jimat dan mantra. Karena orang-orang musyrik mengakui/mempercayai jimat, tangkal, atau mantra yang didalamnya terdapat unsur penyembahan kepada jin dan pengagungan terhadapnya, yang mana itu merupakan satu perbuatan syirik.

Maka dari itu para ulama melarang memakai jimat atau mantra yang tidak diketahui artinya. Karena dikhawatirkan menjadi sumber syirik. Tapi, menurut salah satu hadits Nabi yang sahih, itu tiak mengandung syirik. Sabdanya :

"Siapa di antara kalian yang bisa memberi kemanfaatan (merugyah) saudaranya, maka kerjakanlah.". (HR. Muslim & Ahmad).
Copyright © Mendalami. Template by: Petunjuk Onlene