Pada suatu malam seorang Raja bengis di Turkestan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang sufi. Tiba-tiba sang Raja bertanya tentang Nabi Khidir.
“Khidir,” kata sufi itu, “Datang kalau diperlukan. Tangkaplah jubahnya kalau ia muncul, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda.”
“Apakah itu bisa terjadi atas siapapun ?”
“Ya, siapapun bisa,” kata sufi itu.
“Siapa pula lebih bisa dariku ?” pikir Sang Raja.
Sang Raja sangat ingin bertemu dengan Nabi Khidir, seperti diceritakan sang sufi, ia ingin menangkap jubahnya agar memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Apa yang dilakukan oleh sang Raja? Ternyata ia kemudian mengedarkan pengumuman bunyinya demikian:
“Siapa yang bisa menghadirkan Khidir Yang Ghaib di hadapanku, akan kujadikan orang kaya.”
Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Al-kisah, seorang lelaki miskin dan tua bernama Bakhtiar Baba mendengar pengumuman itu. la menyusun akal lalu berkata kepada isterinya.
“Aku punya rencana. Kita akan segera kaya, tetapi beberapa lama kemudian aku harus mati. Namun tak apalah, sebab kekayaan kita akan bisa menghidupimu seterusnya.”
Kemudian Bakhtiar menghadap raja, setelah memberi hormat ia berkata kepada sang Raja.
“Hamba dapat menghadirkan Khidir, tetapi ada syaratnya...”
“Apa syaratnya yang kau pinta?” tanya sang Raja.
“Baginda harus memberi hamba seribu keping uang emas."sahut Bakhtiar Baba.
“Tunggu.. .”kata sang Raja.”Berapa lama kau dapat mencari Khidir?”
“Hamba akan mencari Khidir dalam waktu empat puluh hari.
“Kalau engkau bisa menemukan Khidir.” kata sang Raja. “Kau akan mendapat sepuluh kali seribu keping uang emas ini. Kalau gagal kau akan mati dipancung di tempat ini sebagai peringatan kepada siapapun yang akan mencoba mempermainkan rajanya.”
Bakhtiar menerima syarat itu. la pulang dan memberikan uang itu kepada isterinya sebagai jaminan hari tuanya. Sisa hidupnya yang tinggal empat puluh hari itu dipergunakan untuk merenung, mempersiapkan diri memasuki kehidupan alam barzah.
Pada hari keempat puluh ia menghadap raja.
“Yang Mulia,” katanya, “Kerakusanmu telah menyebabkanmu berpikir bahwa uang akan bisa mendatangkan Khidir. Tetapi Khidir, kata orang- tidak akan muncul oleh panggilan yang berdasarkan kerakusan.”
Sang Raja sangat marah. “Orang celaka, kau telah mengorbankan nyawamu : Siapa pula kau ini, berani-beraninya mencampuri keinginan seorang raja ?”
Dengan tenang Bakhtiar berkata,” Menurut dongeng, semua orang bisa bertemu Khidir. Tetapi pertemuan itu hanya akan ada manfaatnya apabila maksud orang itu benar. Mereka bilang, Khidir akan menemui orang selama ia bisa memanfaatkan saat kunjungan itu. Itulah hal yang kita tidak menguasainya.”
“Cukup bualanmu itu !” hardik Sang Raja.” Sebab tak akan memperpanjang hidupmu. Waktumu habis ! Kau hanya tinggal menungguku urituk minta nasehat para menteriku tentang cara paling tepat guna menghukummu.”
Sang Raja menoleh pada Menteri Pertama dan berkata,” Bagaimana cara orang ini mati ?”
Menteri pertama menjawab, “.Panggang dia hidup-hidup, sebagai peringatan.”,
Menteri kedua berkata. “Potong-potong tubuhnya, pisah-pisahkan anggota tubuhnya.”
Menteri ketiga berkata. “Sediakan kebutuhan hidup orang ini, agar ia tidak lagi menipu demi kelangsurigan hidup keluarganya.”
Sementara pembicaraan itu berlangsung, seorang bijaksana yang sudah sangat tua memasuki ruangan itu. Segera orang mengajukan pendapat sesuai dengan prasangka yang tersembunyi dalam dirinya.
“Orang tua apa maksud kedatanganmu ?” tanya Raja.
“Saya hanya ingin mengulas nasihat para menteri ini.”, kata orang tua itu.
“Apa maksudmu !” kata Sang Raja.
“Maksudku, Menteri Pertama ini aslinya Tukang Roti, jadi ia berbicara tentang panggang-memanggang. Menteri Kedua dulu Tukang Daging, jadi ia bicara tentang potong-memotong daging. Menteri ketiga, yang telah mempelajari Ilmu Kenegaraan, melihat sumber masalah yang kita bicarakan ini.”
“Catat dua hal ini. Pertama, Khidir muncul melayani setiap orang sesuai dengan kemampuan orang itu untuk memanfaatkan kedatangannya. Kedua, Bakhtiar, orang irii yang kuberi nama Baba karena pengorbanannya telah didesak oleh keputusasaan untuk melakukan tindakan tersebut. Keperluannya semakin mendesak sehingga akupun muncul di depanmu.”
Semua orang terkejut mendengar perkataan orang tua itu. Ketika orang-orang itu memperhatikannya dengan seksama, maka orang tua bijaksana itu telah lenyap begitu saja.
Raja sangat menyesal karena tidak sempat memanfaatkan saat pertemuan itu; karena orang itu tak lain adalah Nabi Khidir.
Sesuai dengan yang diperintahkan Nabi Khidir, Raja memberikan belanja teratur kepada Bakhtiar. Menteri Pertama dan Kedua dipecat dan seribu keping uang emas itu dikembalikan ke kas kerajaan oleh Bakhtiar dan isterinya.
Category: Kisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar